[Re-post] Refleksi Tentang Realita Imajiner

10/15/2016 11:36:00 PM

Jadi jelasnya begini, sungguh aku lelah menerka.

Aku tidak mengerti.

Dengan segala upaya dan sisa logika yang ada, pada akhirnya aku memilih pada kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya positif.

Tak ada rasa dendam, tak ada benci di benakku. Bukan aku berlapang dada, atau rela atas segala ketegaan yang ada...

Kemarin-kemarin sungguh aku teramat membencimu. Kini, kembali lagi, aku mencoba menjadi positif.

Jika ini caramu berlalu, aku sudah ikhlas.
Namun aku terkenal "lola, lama di segala hal", termasuk soal ini, jadi mohon beri aku waktu lebih karena semua terlalu mendadak pikirku.

Jika ini hanya sementara dan kelak ada penjelasan-penjelasan yang ingin kau utarakan, bisa jadi itu alasan tuk bersua kembali, sungguh ku masih (teramat) berharap begitu.

Bilamana ada kesempatan, kau boleh menagih segala utang piutang yang belum ku selesaikan.

Aku belum membayar senter yang kau beli di mirota. Aku belum mengembalikan flashdiskmu, tapi sejujurnya telah rusak olehku hahaha

Almamatermu ada di lemariku. Rapi, telah tercuci, tersetrika, wangi, seperti pesanmu kala itu. Tak berartikah baju kebesaran itu, bagi seorang akademisi layaknya kau? Ah, sepertinya kau lupa. Atau kau anggap hilang, atau sudah digantikan yang baru yang berkancing lengkap oleh promotormu.

Oh iya, satu lagi perkara makan buncis di sebuah kafe pasta dekat kampus... Aku belum menepatinya.

Kira-kira itu yang kuingat, utang-utangku padamu.

Rasanya aku ingin menuntut balik.
Ah, tapi laki-laki kan memang terkenal dengan ucapan dan janji manis saja.
Jadi mungkin sudah sewajarnya, semua terlupa dan terkhianati. Maka sebagai perempuan, aku tak ingin menjadi si pembawa janji manis, cukup senyumku saja yang manis kan? :)

Hmm, tiba-tiba teringat akan buku catatan oranye milikku. Di sana ada 6 poin kesepakatan. Untung saja tak bermaterai. Karena ku rasa, hampir semua poin pada kesepakatan itu kita khianati.

Tertulis di sana, tertanggal 25/08/2016, ikrar kemerdekaan yang tentatif hahaha blah.

Ironi.

25/09/2016, tepat sebulan kemudian menjadi hari terakhir percakapan kita.
...

"Ajaib memang bagaimana hati bisa terbolak-balik begitu cepatnya", kata seorang teman.

Fyi, aku masih berpegang pada teorimu, bahwa gendut adalah realita imajiner. Lama kelamaan adanya kita di semesta juga ku yakini hanyalah sebatas realita imajiner.

Betapa sulit, aku melalui hari-hari penuh pertanyaan akan kita?
Segelas susu hangat dan semangkuk indomie kala itu, ku kira sudah menjadi saksi atas segala jawaban.
Kemudian tak lama, kembali kau membuatku bertanya-tanya. Tega.

Dan detik ini, aku merasa bodoh sekaligus bersyukur.

Kau tahu bagaimana aku, sehingga kau beriku warna-warni,
kau temuiku saat langkah ini lemah, sehingga kau ajakku, tuk ambil derapmu.

Terima kasih
Atas warna-warni itu, atas derapmu yang pernah menguatkanku.

Ku tahu, rumahku bukan di relung-relung itu. Takkan kutanya, "dimana?", padamu lagi.

Relung imaji tak pernah berhak ada di semesta. Konstruk-konstruk itulah dasar dari segala.

Sewajarnya ku juga meminta maaf, untuk segala kenaifanku dan waktumu yang tersia-sia karenaku.
Walau pada dasarnya aku tak pernah meminta. Pft.

"Kita?"
Cukup pernahku mengenalmu.
Padam sudah segala hangat.

Kita?
Ini aku, yang telah berdamai dengan hati.
Sedangkan kau?

Bersenanglah dengan segala api-api diri, berkejaranlah dengan sang angin.

Senyumku masih di sini, damai lalui hari. Sampai datang lagi hujan di bulan Juni.

Ps #1. Tidak, tidak, kau tidak seperti cover novel trilogi Soekram lagi.
Ps #2. Aku belum menemukan jawaban Hujan Bulan Juni, di sajak Kahlil Gibran.

Tunggu dulu.
Ini dari sisa kenegatifanku, berasumsi bila kau benar-benar akan menghilang, baiklah.
Selamat jalan, selamat meraih mimpi dan cita-citamu serta segala keegoisan diri :)

Karena faktanya, sebuah kata halo tentu sulit jika untuk mengucap selamat tinggal.

Lanjutkan :) betapa lelah dan tabah kau sembunyikan di balik keras dan egois. Salut.

147 days.

-Di dinginnya malam kota hujan dan desing deru antara roda-roda rel kereta.
Mari kembali.

You Might Also Like

0 komentar

Cari Blog Ini