Jogja yang Mendewasakanku

4/10/2016 10:34:00 PM


Aku selalu terjaga pada detik-detik saat yang lain mulai terlelap. Banyak hal berputar di kepala, ini boleh jadi gangguan tapi Aku suka. Seperti saat sang tanah perantauan ini yang mencoba mendewasakanku.

Sebut Aku manja dan cengeng. Boleh jadi seluruh keluarga besarku menganggap seperti itu.
"Aku sih ngga sanggup dititipin Lina seminggu aja, kalau nangis nanti bikin gempa", well said si Tante nyinyir adik ipar Ibuku.
Di sisi lain, Aku dianggap introvert. Yes im kinda ambivert, lu orang pada gatau aja :(
"Lin, kamu harus belajar ngomong sama orang. Udah dewasa loh temen mahasiswa kan macem-macem", nasehat dari tanteku yang lain.
...
Mereka tak tahu banyak. Bahkan kedua orang tuaku hanya berkata, "iya ngerti, sekarang kamu udah dewasa, udah banyak perubahan bagus lah".

Jarak dan waktu banyak mendewasakanku.
Ketika Aku yang dahulu sulit mengambil keputusan ingin berangkat ke sekolah harus naik apa, tiba-tiba punya berjuta tanggung jawab diantara jarak dan waktu yang memisahkan ini.

Aku harus bisa mengambil keputusan.
Malam ini akan makan di mana, kelebihan uang saku bulan ini untuk apa, uang saku harus ku hemat di bagian mana, kapan Aku harus serius (tapi tetap santai), prioritasku seperti apa, teman seperti apa mereka dan banyak hal lainnya.

Aku harus bertanggung jawab.
Terutama pada kedua orang tua atas berbagai jerih payah dan kasih sayang mereka, walau ku jarang dihubungi dan dikunjungi hahahaha ijk.
Pada diri sendiri, pada masa-masa kelak di depan, pada tujuan dan cita-cita, pada seseorang di sana yang tlah ditakdirkan Tuhan (ok, ini oot).

Dewasa. Pengalamanku dari seorang anak rumahan yang terlihat tegar dan kuat tapi manja luar biasa ini, kadang ku rasa cukup keluar dari batas-batas yang kubangun dulu.
Ini sulit. Sungguh sulit. Ketika hingga tahun ke-3 Aku masih bercucuran air mata setiap kali setelah meninggalkan rumah untuk kembali ke Jogja.
...
Kemudian Jogja yang menghiburku, menguatkanku, menertawakan kelemahan-kelemahanku.
Ada mereka, boleh ku sebut keluarga baru?
Segelintir orang yang tentu tlah tercatat di lembar hidupku.
Ada waktu yang berlalu walau kadang hanya ku maknai dengan kembali jadi introvert, seharian di kamar kost.
Ada kamu yang masih terus seperti itu.

Karena kita sedang bersama menuliskan kisah, merangkai mimpi mungkin Jogja hanya akan jadi saksi.
Tentang mimpi kita di warung makan sate Sagan malam itu, tentang tangis terpendam kita di koridor bandara dan peron stasiun Tugu, tentang tawa kita di kafe kecil sejak menunya masih Lele bakar sekarang menjadi menu western.
bersama kehidupan perkuliahan yang begitu spesial, suatu bagian hidup perjalanan dan waktu-waktu yang 'kan membuat bernostalgia tanpa ada habisnya.

Tapi ku tahu Jogja yang mendewasakanku.

10 April 2016.

You Might Also Like

3 komentar

Cari Blog Ini