27 Feb

2/27/2016 11:12:00 PM


Di penghujung bulan, di basahnya seribu tapak rindu. Kita masih tenggelam pada belukar palsu. Bersembunyi dalam sudut-sudut bumi, mati tak bersemi.

Sementara kamu mencercap ke sana kemari. Berbahagialah bersama bebasmu. Biar Ku menyimak, mungkin kelak bahagiamu jadi bahagiaku.

Sementara kamu lupa, ada hadirku di celah-celah kosongmu.
Sementara kamu tak merasa, ada khawatir di balik sapaku.
Rinai indah bulan ini sepertinya berefek dementia padamu.

Sayangnya bersamaan rinai dan sejuk bulan ini, ada sesuatu yang lain bagiku,
ada rindu di jejak basah bulan ini.

Karena kemarin-kemarin Aku tak peduli.
Bila saja Kamu terlalu berbahagia, lupa bahkan tak merasa.
Bila saja jalan punya kita ternyata tak berarah.
Aku tak peduli.

Kemarin.
Waktu-waktu penghukuman, mencari dalam diam, ada apa di tahun-tahun yang berlalu.
...
Satu dua cerita, berjuta prasangka.
Jalanku, jalanmu sama-sama basah di bulan ini, lantas haruskah berpisah?

Di 27 Feb, Aku mengigaukan kembali tentang kita.
Kita; Aku dan Kamu, meski telah mati tak bersemi.

You Might Also Like

0 komentar

Cari Blog Ini