Lost in SMANTI

4/06/2013 10:08:00 PM


Bogor, di balik rinai-rinai hujan sejuk beberapa menit menuju malam Minggu, beberapa mmm... nanti dibahas deh daripada merusak mood di awal postingan ini.  Sendiri di rumah, saat gue memilih tidak ikut keluarga gue keluar demi menghormati malam Minggu sakral sebelum salah satu peristiwa penting dalam hidup gue yang tinggal menunggu 9 hari lagi.  Oke gue sudah terlanjur menyebut-nyebutnya-_-  23 o C cukup dingin, meski belum sedingin tatapan doi hari-hari ini.

_***_

Ya begitulah waktu berjalan, belum hilang rasanya kebahagian mempunyai keluarga kecil yang namanya 9B di SMP gue dahulu,  saat kemudian harus menghadapi yang namanya berbagai ujian hingga UN tiba, sedikit teringat berbagai trik kecil hasil keisengan kami demi menghadapi UN sampai trik luar bisa yang masya Allah gue ngga ngerti dan kami masih tertawa-tawa bahagia hingga pengumuman kelulusan datang.  Diliputi kekecewaan akan hasilnya gue banyak mendapat pesan kalau yang gue dapat adalah salah satu rezeki walaupun tidak maksimal pesan akan membesarkan hati dan bersyukur pun gue terima : ).  Masih membekas juga rasa kecewa akan hari perpisahan karena penampilan gue pada hari itu gagal total berkat tata rias salon ece-ece kenalan Nadia di subuh yang gelap itu. 

Bimbang menentukan pilihan selanjutnya ke SMA mana pun tiba.  Dengan percaya diri gue selalu menyebutkan jika ditanya orang, "Mau lanjut kemana?".  "SMA 2 hehehe", namun ke haha hehe an gue tidak berlangsung lama, saat kedua orang tua gue sepakat untuk menyarankan gue melanjutkan ke SMA 3.  Batin gue saat itu, "SMA 3 itu dimana ya?"  Ya memang kenyataanya SMA 3 itu berjarak > 8 km dari rumah gue, sekali bis, 2-3 X naik angkot.  Tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya fix gue setuju. 

Kemudian penerimaan murid baru, kejadian itu membuat gue yakin kalau gue memang tidak peka, ya mungkin hati gue agak batu, saat orang-orang menangis terharu bahagia atau menangis gagal.  Gue malah celingak-celinguk, mondar-mandir sekolah, keliling lihat ekspresi orang-orang, ya karena saat itu hasil dari SMA yang gue nanti hingga siang hari belum tiba juga.  Suasana sekolah sudah mengharu biru, namun dimanakah pembawa kabar dari SMA NEGERI 3 BOGOR tersebut??  Si Mamah di rumah sudah menelpon gue hampir 10 kali tapi kabar akan hasil dari SMA tersebut tak kunjung tiba.  Salah satu nikmat besar dalam masa itu ketika gue diterima di SMA favorit kota Bogor ini padahal gue merasa gagal saat ujian apalagi saat tes wawancara dengan bahasa inggris itu. Masih terekam jelas suara terbata nyokap, waktu gue menelpon beliau memberikan kabar baik hari itu.

“Halo, Mah!”

“Iya gimana Lin, udah ada hasilnya?!”, dengan nada menggebu penasaran.

“Iya Mah, Aku keterima....”

Tanpa basa-basi berarti, saat gue menoleh ke sebelah si Aul sudah berlinangan air mata bahagia memberi kabar pada orang rumah dan gue dengan singkat dan datar mengucapkan sebuah kalimat standar tanpa ungkapan emosional, oke ini aneh.  Kemudian gue sedikit meresapi sambil mengingat nada bicara Mamah di ujung telepon tadi, yang gue yakini pasti beliau di rumah juga sesenggukan.  Keadaan jalan kota Bogor yang nggak manusiawi hari itu, mengagalkan rencana istimewa orang tua gue yang berjanji akan menjemput gue jika gue diterima, oke ini nggak istimewa : ((

Akhirnya mereka menunggu gue di SD adik gue dan gue harus berjalan ke sana, ya ampun kasian kan gue? Enggak kok Cuma sekitar 500 m dari SMP gue hehe Drama pun terjadi saat gue masuk ke mobil dan Mamah memeluk gue sambil mencium kedua pipi dengan mata basahnya sambil mengucap, “Selamat yaaa, nak!” Seketika hati gue adem bagaikan ditaburi es serut dari abang es di seberang SD adik gue itu. Gue yakin hari itu adalah senyum dan wajah terindah nyokap walaupun sambil mewek-mewek, ahh hiks : “ )

Libur yang sangat-sangat panjang gue alami.  Karena gue sudah diterima di program SMA RSBI yang tes dan pengumumannya lebih awal dari program lain pada saat itu.  Kurang lebih gue menikmati liburan sekitar sebulan penuh, indahnya dunia kala itu.

Tahun ajaran baru dimulai saat gue memasuki masa-masa terindah dalam siklus hidup manusia, ya inilah SMA.  Hari-hari MOS gue lalui dengan lebih mandiri, karena saat itu gue baru mendapatkan tambahan adik baru.  Tidak terlalu istimewa mengenai lingkungan baru menurut gue yang susah untuk membaur di lingkungan baru,  ketakutan tentunya sudah menyelimuti perasaan di awalnya.  Yang gue inget di MOS itu, waktu sepulang MOS di hari kedua gue mengecek HP.  Ada 23 missedcall dari bokap, gue pun kaget.  Saat yang ke-24 kali telpon masuk dan segera gue angkat.

“Halo, Pah?”

“Kamu dimana?  Masih di sekolah?  Papah mau ngasih tau nih tapi kamu tenang dulu.”

Hah? Mampus gue deg-degan.

“Tadi Riza ke sekolah naik angkot, terus sekarang dia ada di RS. Karya Bhakti.”

“Hah?! Kenapa?....”, gue terbata inilah momen yang meyakinkan kalo hati gue nggak batu-batu amat.  Di situ gue reflek berlinangan air mata, kira-kira saat itu gue ada di depan pos satpam sekolah(SMA). 

“Dia tadi pagi kecelakaan, keserempet angkot.”...

Deg. Gue sesenggukan menerima kabar tersebut, sambil menerima arahan dari bokap untuk segera menyusul ke RS gue melupakan tugas-tugas MOS esok.  Gue pun menginap di RS dan Papah tercinta yang menyiapkan tugas-tugas untuk esoknya kecuali tugas surat cinta-___-. 

Singkatnya hari terakhir MOS akan segera datang, fyuh.  Berbagai display ekskul pun tidak ada yang menarik perhatian gue yang bahayanya hampir ansos di lingkungan baru.  Dan alhasil gue mengikuti sebuah ekskul yang berbau IT kemudian tidak genap 3 bulan gue mundur hahaha

not all crews
Tahun pertama di siklus “masa indah” manusia gue lalui dengan standar.  Ketika gue menemukan sekelompok anak-anak jenius, anak-anak super rajin, anak-anak seniman, hingga anak-anak yang gaulnya super tapi tetep pinter di X6.  Keidiotan hingga berbagai konflik gue alami di tahun pertama ini.  Saat X6 dinobatkan menjadi kelas pemenang lomba keindahan kelas, kemudian yang fenomenal masuk final lomba vocal group, karena X6 satu-satunya finalis yang bukan kelas XII. Dan yang tak terlupakan mangenai tes seni menari, dan gue......fail. Lalu study tour ke Bandung sambil menginap di sebuah villa tua, yang gue curigai ini masih bagian dari ujian demi memasuki ‘masa indah’ di siklus hidup manusia. 

Naik kelas pun tiba, inilah fase penting di siklus “masa indah” manusia.  Penjurusan.  Ya dengan mantap tanpa bimbang gue memilih IPA karena gue muak dengan Sosiologi dan tidak ada program Bahasa di sekolah gue.  Kami pun semua naik kelas dengan bahagia(yang gue tahu).  Jurusan IPA terdiri dari 6 kelas dengan tambahan 1 kelas program Akselerasi dan IPS......hanya satu kelas.

Seperti dikutuk, gue  yang tidak langsung melihat daftar pembagian kelas.  Menerima kabar gue masuk kelas XI IPA2.  Bertekad mencari teman X6 yang sama minimal untuk teman sebangku gue mengirim sms ke semua kontak X6 yang ada.  Hasilnya nihil.  Kemudian teman dari kelas X lain gue juga tanyai.  Tetap saja tidak ada.  Dengan pasrah gue pun menerima keadaan, dari sekian banyak teman X6 yang ada dan teman kelas X yang lain tak ada yang sejalan dengan gue hahaha.  Terakhir gue tahu kalau hanya Arsyad dan gue yang berasal dari X6.  Alhasil selama hampir satu semester penuh gue nomaden duduk dengan siapa saja yang ada, yang mau sih nyatanya-__-.  Satria adalah satu-satunya orang yang tersisa yang akhirnya menjadi sering sebangku dengan gue.  Okesip.  Ini seperti di kutuk? Kelas ini akan menjadi tempat nanungan selama 2 tahun ke depan kerana tidak di acak lagi saat kelas XII.  Seperti kutukan karena kembali terulang di sisa tahun senior gue sekelas dengan dominasi anak-anak nongkrong yang tentunya terkenal aktif, berani, lincah, cerdik ya kesimpulannya recok, rusuh, berisik, dan keonaran serta warna-warni masalah senantiasa mewarnai kami.  Ya sebut saja mereka adalah Jawa, Fajar, Satria, Ihsan, Mican dan akhir-akhir ini Iqbal ketularan-___- Gue kira sisanya adalah remaja normal namun ternyata.........AKU SALAH : )

Gue menemukan Ika yang begajulan bak jagoan namun berhati wantia rapuh, Imeh yang ketawanya bikin gempar dunia, Deon si remaja yang haus cinta, Ima yang tengilnya selangit ketujuh, Mira dan Uti yang rempongnya nenek abis, Dian yang terlalu lama di gunung sehingga bingung dengan keadaan dunia saat ini, Isfari yang gambarnya indah banget tapi butuh waktu lebih dari seabad, Taufiq yang kelakuannya ibarat reinkarnasi dari spesies Pithecantropus berjiwa Cornelis De Hautman berotak Einstein, Nuha yang kalem bin alim keterlaluan, Rio yang misterius, Widya yang kalo ngomong bisa bikin sekelas langsung nurut, Dyah yang terlalu sering naksir cowok, Ayu dan Nida yang serupa tapi beda, Ando yang menurut gue laki-laki terlurus hidupnya, Dania yang merengek-rengek nggak bisa ngerjain soal tapi nilainya 100, Ebi yang rajin dan selalu ke toilet sama Deon, Devi yang suka membelai...rambutnya sendiri, Lala yang kayak bundadari, Yassin si bos besar yang atletis, Dara yang urat malunya udah putus, Aca si roker imut cerewet nan cempreng, Maya yang harus makan siang jam 12 teng, Arysad si Hulk Indonesia, Anida sang Kim Kardashian wanna be yang suka pongo, Amal yang nyama-nyamain nama sama bulan lahir kayak gue hehehe, Aziz yang mistis tapi cinta JKT48 dengan sekelompok penggila gamenya, Intan yang imut seperti gue—penyuka oranye maksudnya—oke dan yang lain-lain yang tak bisa saya sebutkan satu per satu keajaiban mereka.  (Bila ada kesamaan nama dan sifat hanya kebetulan belaka) XD hehehe




Sorry, fay gue stalk FB loo hehe
Faya-Ando, SMANTI Ambassador Wanna be
Kemudian IPA 2 dapat tambahan warga.  Sesorang anak Indonesia berdarah jawa tinggal di Cimanggu datang dari Belanda.  Dialah Faya.  Tepat di semester baru kelas XII, ia tiba.  Dia yang notabennya Kakak kelas kita diangkatan sebelum kita, yang harus mengulang setahun karena studi di Belandanya, ternyata seumuran dengan kita dan tak mau dipanggil teh ataupun ka apalagi mba.  Seminggu awal di masih normal, seminggu kemudian sudah agak konslet seperti kami IPA 2.  Ya seperti kata pepatah ‘Jika berteman dengan penjual minyak wangi, akan ikut jadi wangi’.  Walah, pepatah apa pula-_-

 
Tahun kedua dilewati dengan berat awalnya namun indah kebanyakannya hahaha.  Gue sadar IPA 2 itu ajaib dengan berjuta sifat ego, berjuta konflik, berjuta masalah dengan orang luar, berjuta omelan guru-guru, berjuta keonaran dan kerusakan, kami bisa disatukan dalam berbagai peristiwa dan mengukirkan banyak hal mulai dari bikin gue muak, eneug, sampai bikin kangen. 

Study tour kami ke Yogya, kami menang berbagai penghargaan ya menurut gue sih penghargaan tersebut didapat karena panitia eventnya kasian soalnya IPA 2 semangatnya LUAR BIASA! Kami menanam time capsule.  Kami terlalu sering makan-makan bareng.  Kami pernah diusir Bu Tina lewat interkom sekolah.  Kami pernah menginap bareng di villa mistis di puncak.  Kami Makan NASI. Kami adalah SWAGGER!.  Kami ujian di Ruang 2-3-4.  Doakan Kami.  Sekarang kami XII IPA 2,  H-9 UJIAN NASIONAL, YEAH!

Kelas XII ini benar-benar awal kehidupan di mana elo bisa merasakan sesuatu beban hidup yang LAIN.  Ketika dituntut memilih sebuah cita-cita dan awal dari jalan karier elo ke depan.  Dengan serentetan tanggung jawab besar.  Butuh motivasi, usaha, semangat dan keyakinan besar untuk melalui tahun senior ini.  Saat hahaha hihihi terasa garing tak bermakna lagi, ketika mengingat UN.  Lalu adrenalin elo tertantang pengen buru-buru UN, tersadarkan zonk abis waktu TO. Dan banyak lagi turun naik yang bikin gue bukan batu atau robot lagi. Nangis.

Sebelum desas-desus UN menjadi topik perbincangan hangat.  Jalur penerimaan Mahasiswa baru melalui SNMPTN sudah dibuka.  Kembimbangan harus menuju kebulatan penuh. Gundah gulana akut kemarin sempat gue rasakan.  Kedokteran sempat menjadi mimpi besar gue.  Kemudian dengan melihat realita dan pertimbangan gue mundur dan meyakinkan diri memilih Gizi Kesehatan di UGM.  Semua orang selalu langsung dengan lantang berkata, "Kenapa enggak IPB aja?".  Dengan alasan simpel gue jawab, "Mau cari suasana baru dan latihan lebih mandiri." Nah diem deh.  Padahal banyak alasan lain yang hanya gue dan ALLAH yang tahu.

Semoga pilihan gue engga salah.  Ketika memilih jauh dari orang tua.  Di sebuah kota besar di provinsi lain yang beda kultur, suasana dan budaya.  Walaupun gue berdarah Jawa namun kesundaan gue sudah melekat jauh.  Ketika gue betapa mencintai ikan asin & sambel lalap daripada rawon daging.  Tapi gudeg itu enak........hahahaha
Berkat TO pertama yang aneh dan tanpa gue kira sebagai penentu pembagian kelas intensif UN, gue masuk A1. Saat masuk A1, awalnya ada desir-desir adrenalin lain.  Terpacu buat semangat belajar.  Kadang kepedean, tapi nyatanya berat sekali sampai garuk tembok atau bershower tak bisa menenangkan hati lagi.  Ketika gue ngga ngerti materi dan semua seisi kelas paham, ya gue Cuma kentut rasanya ada disitu.  Waktu keluar kelas teman nanya materi dan efek shock di kelas pun belum hilang rasanya gue zonk.  Gue harus merangkak-rangkak saat remaja-remaja cerdas di kelas tersebut berlarian menaklukan berbagai soal. Yaaa.. berat tapi ini detik-detiknya, just face it!

Di ‘masa indah’ siklus hidup manusia ini gue tidak sekedar berkutat dalam teman sekelas, walau nyatanya yaah gue hanya the girl next door yang begini apa adanya.  Gue menemukan dua orang super mereka adalah Aul dan Ines yang setia menemani keanehan gue, menerima kejudesan dan kekerasan segala tingkah dan tutur kata, mau berbuat konyol bin bego bareng, mau berjam-jam ngomong dari timur ke barat selatan ke utara, mau diem di Gramed Cuma buat ngadem, rela menggembel di kota Bogor yang tak luas ini, tak bosen setiap hari nanya ke supir angkot 09 “Jalan Baru, Bang?”. Dan banyak lagi hal tolol sampai waras yang gue lakukan bareng mereka. 

Entah mengapa, gue yang berjalan lurus jarang menyapa jika tidak disapa duluan ini dibilang, sombong.  Gue yang jarang senyum ini disebut judes.  Gue yang suka sewot dan kasar dipanggil galak.  Gue yang sudah pakai seperangkat peralatan sekolah perempuan namun tetap disapa jeger/preman. Gue yang suka menyepelekan hal terutama hal emosional/drama dikatai gak peka.  Gue yang suka sinis dianggap tengil.  Gue dengan hal-hal di atas dikira menakutkan.  Kalian semua salah, gue pendiam, pemalu dan penakut.  Coba deh tanya si Maya? Hehehehehe

Kemudian bukan dengan sihir, magis ataupun kekuatan hocus-pocus gue menemukan doi.  Yang mengisi serentetan memori.  Kadang meracuni otak dan hati.  Mengisi mimpi-mimpi, menyayat emosi.  Ya, doi seperti duri.

Tidak terasa fase ‘masa indah’ hidup gue sudah akan habis.  Sayangnya gue bukan Fasciolla hepatica yang mengalami daur hidup.  Jadi fase ini enggak bakal terulang, bakal jadi sejarah, sesuai sifatnya unik, abadi, kronis dan idiografis.  Apakah terbukti indah? hmm..oke indah deh.

Ya denger-denger sih pilihan pertama SNMPTN sudah di lock siapa-siapa saja yang diterima di pilihan pertama.  Akankah dan dapatkah gue mengulang senyum dan wajah terindah nyokap seperti 3 tahun lalu???

Semoga Posting selanjutnya bercerita betapa lancar mengerjakan soal UN.
Semoga Posting selanjutnya menceritakan betapa bahagianya tanggal 28 Mei.
Semoga ALLAH SWT selalu melimpahkan berkah, karunia, nikmat terbaik dalam setiap hembus nafas yang berjuang di dalam jalan ibadah mencari ilmu ini,
untuk hamba dan seluruh teman-teman semoga isian LJK kami sama dengan KUNCI JAWABAN UN nanti.
AMIN......

Ya ada apa setelah fase ini? Apakah Redia, Efira atau Protalium??
Anak Kuliahan dong.......... :; )))

@amalinair

You Might Also Like

0 komentar

Cari Blog Ini