Part 11 (Let it and miss it)
2/20/2012 12:46:00 AMThere was a missing piece
Sepi kini menyisir hati
Lentera jiwa telah padam
Bara api diri ini mati
Detik demi detik terasa kelam
Lentera jiwa telah padam
Bara api diri ini mati
Detik demi detik terasa kelam
Penantianku terlalu panjang
Tetes hujan seirama dengan pedih jiwa
Penantianku cukuplah menyesakkan
Terik mentari seakan membakar raga
Tetes hujan seirama dengan pedih jiwa
Penantianku cukuplah menyesakkan
Terik mentari seakan membakar raga
Kuhirup aroma pahitnya waktu
Kudengar bisikkan rindu yang hilang arah
Betapa terjal menggapai waktu
Betapa ingin sampaikan kasih yang hilang arah
Kudengar bisikkan rindu yang hilang arah
Betapa terjal menggapai waktu
Betapa ingin sampaikan kasih yang hilang arah
Semua kejadian yang lalu tentang semua perasaan yang pernah ada kini Lala simpan bahkan ia kubur dalam-dalam. Terlalu kosong harapan Lala, setelah kebohongan Dimas. Lala sadar selama ini Dimas hanya memperalatnya, yang Lala tahu baru-baru ini Dimas ingin mencari informasi darinya akan mantannya yang satu sekolah dengan Lala.
Satu hal yang tetap Lala simpan kekagumannya akan Kak Agam, seseorang yang selalu mencuri perhatiannya walau Lala tahu ia telah bersama Kak Ica.
“Apa salahnyaa bila aku mengaguminya?”, desah Lala disela-sela kesendiriannya di depan koridor kelas.
Namun akhir-akhir ini Lala lebih bersikap acuh tak memperdulikan kehadiran Kak Agam. Sampai suatu sore ketika Lala pergi ke pertandingan basket sekolahnya.
“Iya Din kita kalah”, seru Lala kecewa.
“Nggak apa-apa lah La, sekolah kita kan pertama kali ikut turnamen ini, belum beruntung dan berpengalaman aja”, jawab Dina temannya yang sedari tadi bersama Lala.
“I...i..iya sih”, pandangan Lala beralih. “Ah sial! Kenapa gue harus ketemu Kak Agam kenapa? Bukan yang lain”, umpat Lala
.“Hahahaha iya yaaa”, jawab Dina seakan tahu tentang perasaan Lala akan Kak Agam.
Pandangan Lala lurus ke arah Kak Agam yang berpapasan dengannya. Kak Agam yang dengan setelan kemeja putih berkotak ungu dengan celana jeans dan tas selempang hitam sungguh tampak cool di mata Lala. Seketika rasanya waktu berhenti hanya sesaat bahkan mungkin seperempat detik.
Kejadian tersebut cukup membuat bunga-bunga bermekaran di hati Lala. Walaupun bunga itu layu ketika melihat haru tangis tim basket sekolahnya. “Ngga pas banget deh momennya!”.
Lala yang sebenarnya ingin terus di gelanggang olahraga itu terpaksa pulang karena temannya Dina ingin bergegas pulang.
Tiba-tiba di angkutan umum Hp Lala bergetar tanda ada chat masuk di BBnya.
16:15 22/01/12
Dimas P : ‘Eh gimana sekolah lo? Nonton ngga?’
“Ah Dimas!”
You : ‘Ah kalah nih L’
Dimas P: ‘hahaha Mampus sekolah lu !’
“Idiih, si Dimas kenapa coba? Aneh banget?”
Dreeeeeeeeeeeet.... Hp Lala kembali bergetar.
Dimas P: ‘eh sekarang lagi dimana?’
You : ‘dirumah, kenapa emang?’
Dimas P: ‘Ooh ga papa’
“Makin aneh aja nih orang, Bodo’ ah!”
Lala pun tidak memperdulikan Hpnya maupun Dimas. Yang ada di benaknya Dimas tetap Dimas seseorang yang kadang datang dan pergi sesukanya. Acuh tak acuh semaunya. Mempermainkan perasaan Lala yang mungkin sudah kebal bahkan tak perduli.
Semuanya memang sudah lama pergi. Kekosongan semakin menjadi ketika Lala mencoba melupakan semua harapan semunya akan Dimas atau Kak Agam. Lala kembali merendahkan dirinya, bahwa ia tak pantas mengharapkan mereka apalagi berangan untuk bersama dengan mereka.
“Yaaah ‘mereka’...... Dimas Pradipta & Agam Putra PrasetyaJ terlalu ‘sempurna’”
0 komentar