SOSIO: Peranan Sekolah dalam Pembentukan Kepribadian
6/19/2011 02:13:00 AMA. Pendahuluan
I. Latar Belakang
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi. Proses sosialisasi paling pertama terjadi pada tahap keluarga dan pada suatu lembaga pertama bernama sekolah.
Sekolah menjadi suatu lembaga formal pertama dari setiap individu di bawah suatu pengawasan atau bimbingan guru. Di dalam lembaga ini tentunya terdapat banyak bentuk sosialisasi yang sangat mempengaruhi terbentuknya kepribadian pada setiap individu.
II. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mempelajari dan mendalami berbagai proses terciptanya kepripadian individu yang terpengaruh dari proses sosialisasi di sekolah.
III. Ruang Lingkup
Pengkajian makalah ini terbatas pada lingkup pengaruh sekolah terhadap terbentuknya kepribadian siswa-sisiwinya.
B. Pembahasan
I. Pengertian Kepribadian
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi. Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku social tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.
Dalam bahasa latin asal kata personaliti dari persona (topeng) dan personare (menembus), sedangkan dalam ilmu psikologi menurut, Gordon W.Allport : Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia.Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman, reward,punishment, pendidikan dsb.
Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.
II. Lembaga Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib.
Di Indonesia terdapat berbagai tahapan dalam pendidikan:
- TK / pra sekolah
- SD
- SMP
- SMA/SMK
- Perguruan Tinggi
Kata sekolah berasal dari bahasa latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak ditengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran diatas.
Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi: merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda, tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain. Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah mempunyai peran penting dalam terlaksananya proses pendidikan. Begitu pula dengan para staf pengajar justru mempunyai peran penting dalam terbentuknya kepribadian. Guru mempunyai berbagai peran dalam pendidikan:(1) Pendidik (Nurturer)
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan:
· Tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter)
· Tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang berlaku.
(2) Model
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara.
(3) Pengajar dan Pembimbing
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
(4) Pelajar (Learner)
Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan supaya pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya tidak ketinggalan zaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk bisa membuat peserta didiknya agar berwawasan luas dan memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus
(5) Komunikator terhadap Masyarakat Setempat
Guru harus peduli terhadap keadaan anak didiknya dengan menjadi komikator yang baik pada sisiwanya dan masyarakat setempat mengenai anak didiknya.
Konselor Sekolah adalah merupakan bagian dari unsur pendidikan yang ada disekolah yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian siswa. Tugas Konselor sekolah sangat berbeda dengan guru mata pelajaran yang bekerjanya dapat dilihat dari jam masuk kelas dan memberi nilai. Sedangkan Konselor Sekolah tidak bisa dilihat seperti halnya guru mata pelajaran, karena tugasnya untuk membenahi dan membentuk kepribadian siswa sangatlah sulit karena selalu dihadapkan dengan penanganan melalui sisi yang berbeda.
Peranan sekolah dalam pembentukan kepribadian anak memang sangat besar, karena sesuai dengan kurikulum yang menjadi tujuan sekolah ada 3 aspek yaitu
1. aspek kognitif (pembekalan ilmu pengetahuan kepada siswa)
2. aspek psykomotor (pembekalan ketrampilan)
3. aspek afektif ( pembekalan moral, etika )
III. Peranan Sekolah Terhadap Kepribadian Siswa-Sisiwinya
Kepribadian anak terbentuk oleh pengarahan lingkungan terhadap perilaku anak dari waktu ke waktu secara terus-menerus, termasuk sekolah sebagai lingkungan kedua tempat anak berinteraksi dan mengembangkan kemampuannya.Guru merupakan orang tua kedua yang memiliki peran utama dalam membentuk kepribadian siswanya. Berikut ini beberapa sifat yang menunjang pembentukan kepribadian menyenangkan dan peran guru di sekolah dalam rangka menumbuhkembangkannya:
· Ambisi, dalam pengertian positif adalah kadar kemauan anak untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya. Guru harus membantu anak didik menentukan sasaran keberhasilan sesuai dengan kemampuannya agar anak didik berprestasi tanpa risiko frustrasi.
· Asertif, ketegasan atau kemampuan untuk memutuskan atau memilih secara mendiri. Guru harus memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengekpresikan dirinya dan membuat keputusan. Seperti mengekpresikan hobinya dan memilih ekstrakulikuler yang disenanginya.
· Antusias, kepribadian yang selalu bersemangat dalam menuntaskan/menyelesaikan hal-hal yang menjadi keinginannya. Guru harus selalu mengajak anak didik untuk mengamati keberhasilan dan menyoroti semangat juang orang-orang atau teman-temannya yang telah berhasil. Guru juga harus mengusahakan anak didiknya berada di lingkungan yang penuh semangat.
· Percaya diri, kepribadian yang mengutamakan kepercayaan terhadap kemampuan diri dan membentuk kemandirian. Guru harus memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan sesuatu dengan kemampuannya sendiri dan selalu memberikan pujian atas keberhasilan atau kemajuan terhadap prestasi yang diraihnya.
· Mau bekerja sama, kepribadian yang mengarah kepada keinginan untuk membangun kerja sama dengan teman-temannya. Guru harus memberikan kesempatan kepada anak didiknya untuk mengerjakan tugas-tugas di sekolah secara berkelompok atau bersama-sama dan tunjukkan penghargaan terhadap hasil kerjanya.
· Berbesar hati, kemampuan untuk mengakui kelemahan/kekurangan diri dan bisa memaafkam kesalahan orang lain. Guru harus memberikan contoh dan pengarahan kepada anak didik tentang cara-cara menerima kekalahan/kelemahan diri dan bagaimana cara mengekspresikan kemenangan tanpa merendahkan orang lain.
· Kontrol diri, kemampuan untuk mengontrol diri terhadap situasi atau kondisi yang dialaminya. Guru harus membantu anak didik untuk mengindentifikasi penyebab permasalahan yang dialami anak didik. Memberi contoh dan membimbing anak tersebut untuk mengontrol emosinya.
· Tidak mudah putus asa, pribadi yang gigih dalam berjuang dan berusaha, baik dalam belajar maupun dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari. Menghadapi kesulitan sebagai hal yang harus diselesaikan bukan suatu hal yang harus dihindari. Guru harus mengenalkan cara-cara menghadapi kesulitan walaupun tidak selalu membantu secara total semua kesulitan anak didiknya.
· Gembira, kemampuan untuk selalu menciptakan suasana gembira dalam setiap hal. Guru harus mampu menciptakan dan mengembangkan suasana kegembiraan kepada anak didik dalam kegiatan belajar-mengajar.
· Humoris, mampu menciptakan suasana ceria dalam setiap pertemuan dan mampu menyikapi suatu hal dari sisi positifnya. Guru harus selalu mencoba menciptakan suasana ceria dalam setiap pertemuan.
· Menunjukkan simpati, memupuk kebiasaan untuk merasakan hal-hal yang dirasakan orang lain, mengasah kemampuan melakukan empati terhadap permasalahan sehingga menjadi pribadi yang penuh perhatian terhadap lingkungan dan teman-temannya. Guru harus sering-sering mengajak anak didik berkomunikasi tentang perasaan kita, perasaannya, dan perasaan orang lain. Beri anak didik kesempatan untuk melatih daya imajinasinya dengan demikian anak didik akan mampu membayangkan bagaimana bila mereka berada dalam kondisi orang lain yang kurang beruntung dalam hidupnya sehingga dapat melatih empatinya.
Contoh kegiatan di sekolah yang dapat membentuk kepribadian siswanya adalah sebagai berikut:· Dari segi positif contohnya dengan memakai seragam sekolah siswa-siswi menyadari akan persamaan derajat dan tujuan yang sama di sekolah untuk menuntut ilmu. Juga menciptakan rasa kebersamaan antar siswa. Larangan memakai aksesoris berlebihan dan pakaian di luar seragam seharusnya diterapakan di sekolah-sekolah untuk menghindari kecemburuan social.
· Sistem belajar dengan diskusi menjadikan siswa berani mengungkapkan pendapat di depan umum dan mengeluarkan ide, namun disisi lain diskusi dapat membuat suatu asumsi yang salah dinilai benar karena banyak siswa yang sependapat dengan asumsi tersebut.
· Cara mengajar dengan humor menumbuhkan siswa yang mudah bergaul dan terbuka, siswa juga belajar menjadi pendengar yang baik dan menghargai orang lain, hal itu juga mempunyai dampak negatif menjadikan siswa yang berani dan kurang menghormati terhadap orang tua.
· Contoh lain segi positif dari peran sekolah kedisiplinan peraturan jam masuk sekolah, kebersamaan saat olahraga, menambah pengetahuan meningkatkan/mengasah ilmu menambah wawasan, itu semua membentuk kepribadian berwawasan dan bertanggung jawab dan yang berguna sebagai bekal siswa kelak.
· Segi negatif bila pengajar galak membuat murid snewen/malas, keterbatasan alat olahraga membuat murid kurang maksimal dan lemah dalam berkompetensi di bidang olahraga, ketidakmampuan guru dalam mengajar membuat anak menjadi kurang pintar dan tidak menghargai guru.
· Lingkungan teman sebaya juga menjadi peran penting dalam pembentukan kepribadian di sekolah, jika seorang siswa bergaul dengan temannya yang rajin dan pintar tentu dia akan termotivasi untuk lebih giat dari temannya, sebaliknya jika bergaul denagn pemalas yang tidak serius dalam belajar dia akan terbawa dengan teman yang semacam itu.
Di dalam sekolah dapat menentukan apakah seseorang lebih berorientasi pada mastery atau tugas, ataukah berorientasi helpless (merasa tidak berdaya, dimana anak sudah menyerah ketika diberi suatu tugas yang sulit). Orientasi pada tugas merupakan hal yang positif yang perlu dikembangkan pada diri seseorang, karena anak yang berorientasi pada tugas umumnya mementingkan kemampuannya, memusatkan perhatian pada strategi belajarnya. Anak juga umumnya berpikir dan bertindak hati-hati, dan sangat senang pada tugas-tugas yang penuh tantangan. Bagaimana cara anak memandang kecerdasannya, sejauh mana ia percaya akan kemampuannya dapat berpengaruh pada kemampuan dan harapan anak untuk menguasai suatu pelajaran. C. Penutup
I. Kesimpulan
Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Sekolah menjadi bagian dari pembentuk kepribadian seseorang karena sekolah merupakan lembaga formal pertama yang di dalamnya terdapa berbagai macam interaksi.
Peraturan dalam sekolah dapat menjadi pembentuk kepribadian seseorang dengan guru sebagai pengawas dan pembimbing serta teman sebaya sebagai individu yang paling berpengaruh terhadap pembentukannya.
II. Saran
Daftar Pustaka
0 komentar