Perantauan : Get Lost, Joglosemar Trip

2/03/2015 11:44:00 PM

Apa kabar Mal?
Apa kabar Lin?

Not bad, alhamdulillah. Masih dalam kenikmatan sekaligus kesuntukan liburan yang tepat H-seminggu dari kembali ke tanah perantauan. Liburan kali ini......ngggg Bogor masih basah di setiap harinya, masih dari hari-hari kelajangan gue...ya gue yang di 2015 ini akan berkepala 2 HA HA HA HA BYE.

Tentu saja bukan Amalina Idzni Rachman namanya, kalau tak sempat jalan-jalan absurd di setiap liburannya, here I am!! wkwkw

*Masih di pulau Jawa*

Hah apalah artinya postingan jalan-jalan spam ini atau update place di path, kalau merenungi salah satu quotes ini, your travel for the unknown-.

***

Kembali lagi bersama gue, si gadis hilang arah namun harus selalu bahagia tabah menyongsong hari *halah*. Jadi, kali ini gue ditemani oleh another geng absurd—ngga kok yang ini mah ngga alay hahaha dikit—tepatnya teman-teman sehidup sebeda-tanggungan gue di Jogja.

Perkenalkan ke-5 cewek cantik (beneran cantik, serius!!!) yang ditakdirkan untuk jungkir balik bersama mengisi hari-hari suwung gue. Gue sebut mereka B-squad cabang Jogja, ada Frida (Banyumas-Purwokerto), Kiki (Balikpapan), Dini (Bontang), Pipit (Bekasi), dan Nayo (Banten-Cilegon). Lalu dilengkapi gue jadilah kami dengan segala kerempongannya.

Perjalanan yang direncanakan sudah cukup lama dengan segala kerumitan hidup menjadi mahasiswa rantauan yang ngebet pasti pengen buru-buru pulang, akhirnya kurang dari seminggu setelah UAS selesai kami berangkat juga. Hanya bermodalkan nekat dan baca-baca blog dan web perjalanan—modal duit jugalah gila hahaha—kami berencana main-main di dua kota tetangga Jogja, yap Solo-Semarang.

Diawali dengan sleepover di rumahnya Dini, pagi itu, 11 Januari menuju pangkalan bus Joglosemar. Setelah perdebatan dan kerempongan yang panjang, rumit dan absurd beberapa hari terakhir di grup line, mulai dari pemesanan tiket akomodasi, survey harga hotel, kapan harus packing, apa saja yang dibawa, kapan harus beresin kamar kost, hingga cerita-cerita absurd Kiki mulai dari lagi nonton Rafi-Nagita nikahan sampai tetangga kostnya yang nangis-nangis habis putus sama pacarnya, tentu saja juga diselingi ucapan tragis, sedih, cemas dsb karena saat itu kami masih dalam minggu UAS -_- wkwk

Back to the idea, tujuan awal perjalanan adalah kota Semarang, kenapa? Ngga tau... -__- haaha

Kami turun dari Bus Joglosemar, tepatnya diturunin di pinggir jalan L karena sang kondektur yang sholihah—pake jilbab loh—bilang jalanan menuju terminal akhirnya di tutup ada car free day. Di daerah Akpol kami turun, kemudian........ha ha ha ha ha kami diam dengan antiklimaks di pinggir jalan.

“Sekarang gimana?”
“Mau kemana dulu nih?”
And then the woman best answer is came out, “TERSERAH”

Gila ngga? Gila kan, backpacker macam apa ini traveling semalam saja tas berkilo-kilo, ditanya mau kemana saja ngga punya arah hahahaha

Entah siapa yang memutuskan untuk pergi ke Lawang Sewu terlebih dahulu, pada akhirnya kita sudah berada di dalam taksi menuju tujuan pertama. Yaps, Lawang Sewu.

istana 6 princess nih :")






ini loh princess-princessnya :(


Tibalah kami, di salah satu destinasi wisata kebanggaan kota Semarang ini. Gedung sejarah peninggalan kantor perkereta-apian zaman Belanda ini, sudah dipugar, rapi dan kece tidak seperti di film horror atau di tayangan uji nyali bertahun silam. Saat itu juga, gedung tersebut sedang dalam renovasi sehingga bagian bawah tanah yang terkenal akan segala kemistisannya tidak boleh dikunjungi wisatawan.

serius banget sih?!
Tiket masuk kami 6 orang dan dengan seorang guide sebesar Rp 110.000 (cmiiw ya gue lupa sebenernya). Bersama seorang pemandu berperut tambun dalam baju khas Jawa, kami mengelilingi gedung tersebut dengan penjelasan yang begitu detail mulai dari setiap kusen, engsel pintu, struktur bangunan toilet, sampai dengan miniatur pada museum, tak lupa tentu saja  sang bapak pemandu memberikan spot bagus untuk foto-foto J


Kemudian perjalanan kami lanjutkan, Kiki agak bersedih meninggalkan gedung bersejarah tersebut karena ia dengan pasion kemistisannya belum mendapat yang ia inginkan wkwkw. Tujuan selanjutnya tanpa basa-basi kerempongan absurd atau gue mungkin yang kurang mengamati, diputuskan—dengan cepat—untuk mengisi perut di kedai Es Rumpi yang konon tempat nongkrong Frida saat SMAnya dulu di kota ini.
yap, inilah leader kita.

es rumpi

tahu gimbal

Sesuai dengan judul kedai ini, kami menghabiskan waktu sekitar lebih dari 2 jam untuk memuaskan perut dan tentu saja dengan kerumpian kami-_- Puas menghabiskan segelas es dan sepiring tahu gimbal masing-masing—capek rumpi juga mungkin—akhirnya kami beranjak menerjang kota Semarang yang panas siang itu, beruntung kerabat Ayah Frida berbaik hati menjadi tour guide dan ciwi-ciwi rempong yang tak tentu arah ini sekali lagi terselamatkan.

Tujuan selanjutnya adalah kuil Sam Poo Kong. Kesan pertama sampai di sana, gue membatin,

“Aih, Cina....eh Tiongkok jadi inget......ah deymn-___- astagfirullah” wkwkwk. Abaikan.







update dulu 
Engga..engga setelah masuk dan membeli tiket, gue langsung terpana *asik* dengan bangunan dan ornamen Tiongkok yang merah cetar di sana-sini senada dengan cuaca cetar siang itu. Selangkah dua langkah gue memasuki halaman kuil, tetapi rasanL hahahaha
ya kok gue kayak orang ilang, reflek nengok ke belakang dan benar saja......ke 5 teman gue sedang ansos di bawah pohon rindang dengan gadgetnya masing-masing dan serius mereka kompak banget


nayo, pipit, dini, kiki, frida (not in the best version komuk wkwk)

Setelah puas dengan apa yang mereka kerjakan dengan gadgetnya kami berkelana di terik panasnya kuil Sam Poo Kong tersebut. Di kuil tersebut juga kami menuliskan sejarah, pertama kali Kiki berdamai dengan gadgetnya *baru bisa pake mode panorama* hahahaha

Kemudian dilanjutkan menuju Kota Lama, terdapat taman dengan dikelilingi bangunan antik zaman dahulu. Beserta berbagai jajanan dan penjual-barang-barang antik di sekitarnya. Rasa-rasanya seperti berada di kota Tua Jakarta namun lebih tenang dan sepi. Tak lama kami berada di sana, lalu melanjutkan perjalanan menuju hotel.


Kami bermalam di Hotel Merbabu, persis di samping Mall Paragon. Tidak, kami bukan mahasiswa dengan gaya hidup jetstar wkkwk kami mahasiswa biasa dengan kocek tipis wkwk. Jadi dengan perjuangan berhari-hari browsing, telpon, kirim email dsb buat cari hotel yang tepat dan sesuai—dengan dompet kami—hingga lupa belajar *engga deng* kami mendapat sebuah kamar berbudget 300rb-an per-malam di hotel Merbabu ini. *Wtf kamar apaan tuh?* weits jangan salah kamar yang didapat pun spesial gaya rooftop dengan pemandangan gemerlap kota Semarang—gemerlap mall Paragon sih—fasilitas okelah cukup mewahlah dibanding kamar kost gue wkwkwk *eh. So, my review, well, 3 star lah buat hotel ini. Sayangnya karena rooftop ini kamar kami di paling atas dan...harus naik tangga... :) dan lebih sayangnya, karena kerempongan kami....TAK MENGAMBIL SARAPAN-___-huft

Setelah lelah, kami berencana mengistirahatkan diri sebentar.......alhasil yang terjadi malah kami semua fail malah gabut wkwkw Frida dan Pipit bikin video 3gp, Nayo ngakak-ngakak liat acara Tv, Kiki sibuk di pojokan sama Hp, dan Gue tidur lah gila ngapain lagi wkwk, oh ya! Dini mmm Dini ngapain ya?  Hehe Tiba-tiba langit kota Semarang sudah gelap, hari mulai malam, Paragon semakin menampakkan gemerlapnya, kami pun menuju destinasi selanjutnya yaitu Jonas photo studio, yang hitz abis itu wkwk


Lalu kami ngapain di sana? Foto studio wiiih keren, engga-____- kita Cuma foto box wkwkwk aih, singkatnya kami yang seharian belum makan...Nasi...melanjutkan tujuan untuk makan malam di Simpang Lima. Tepat setelah turun dari mobil kami benar-benar di sambut hujan derasnya kota Semarang malam itu, tanpa basa-basi kami memilih menu menengok harga, kemudian sepakat terpikir, “gila kita salah tempat ini berasa makan di Malioboro”wkwkwk

Malam sudah terlanjur larut, tapi kami belum larut dengan hingar kota Semarang setelah menyebrang jalan tiba-tiba kami didekati seorang cowo, aih.
Cowok tersebut.......menawarkan paket voucher untuk donasi Lupus..... *fail* Lagian, engga kok engga ganteng cowokya. *eh maklum lajang eh* Dengan segala percakapan random, untuk kesekian kali kami tertebak sebagai mahasiswa dari Jogja-_- Singkat cerita kami kembali menuju hotel, untuk mengisi energi kembali.

Ritual-ritual sebelum tidur dilakukan, seperti salah satunya menonton acara-acara horor favorit masyarakat kekinian. Kami pun tertidur............................dan tiba-tiba kami bangun kesiangan.

Kereta Kalijaga menuju Solo dalam sehari hanya ada 1x jalan, beruntung pagi itu kami belum ketinggalan. Dari stasion Poncol kami menuju stasiun Purwosari untuk melanjutkan petualanngan absurd.


kereta hanya milik kami


Setibanya di Solo kami kembali....mendapati kebuntuan wkwkw. Berbekal peta ajaib hasil karya tangan seorang teman, kami—benar-benar—menyusuri jalanan kota Solo. Beruntung Jalan Slamet Riyadi memang merupakan spot citywalk yang teduh. Diiringi gerimis-gerimis rintik, kami menyusuri jalanan. Dan kala itu merasa sebagai wanita-wanita tangguh wkwkwk-___-
lagi liat peta looh


Kiki : "Din, aku lelah"
Dini : *kibas jilbab* "Ah, lemah kamu Ki"

Kami menyempatkan diri mampir di salah satu mall kota Solo bermaksud mencari mushola hahaha dengan tampang, penampilan dan barang bawaan kami, bersyukur kami tidak digeledah satpam. Sepanjang jalan Slamet Riyadi ini memang cocok dan asik untuk berjalan-jalan seperti ini selain memang disediakan suasananya yang sesuai, sepanjang jalan ini juga terdapat berbagai tempat wisata seperti Museum Pusaka, Stadion Sriwerdari, THR Sriwedari, kampung batik, berbagai taman kota, juga bangunan dan tempat kuliner unik. Salah satu tempat kuliner unik yang kami datangi adalah Es Potjong, tepatnya di trotoar atau tempat pejalan kaki entah pada KM berapanya hehehe.


Es Potjong


Bhaaaaaaaa


Kami yang menyerah akan keadaan kaki gempor dan semakin hilang arah, cuaca juga tidak mendukung akhirnya memutuskan naik bus trans Solo Batik menuju pusat wisata setelah sebuah saran dari pedangan nasi di trotoar jalan tersebut wkwk


Akhirnya kami tiba di pusat keramaian para wisatawan yang sejujurnya entahlah......gue ga tau nama tepatnya tempat tersebut, setelah hampir turun dari busnya kelewatan shelter. Ya, karena untuk sejuta kalinya kami absurd tak tahu arah, kami kembali didekati cowok.....tukang becak hahaha kami ditawari 40 ribu naik becak keliling tempat wisata. Akhirnya kami sepakat dan untuk sekian lamanya akhirnya...gue naik becak ha ha ha.


Yok, genjot bang!!
-____-

Tiga becak beriringan membawa kami ke kawasan keraton Solo yang khas dengan warna biru muda dan putih pada setiap bangunan dan ornamennya. Ke alun-alun Solo dengan pohon beringin kembar dan sapi bulenya hahaha kemudian ke pusat oleh-oleh dan berakhir di stasiun Balapan.

Bule mandi dulu :)



Akhirnya perjalanan absurd kami, resmi berakhir di stasiun ini. Bersama kereta Madiun Jaya—yang membuat kami terpana-pana dengan tampilannya—kami kembali menuju Jogja, menyambut liburan yang sesungguhnya!!!

Yeah!

Terima kasih atas segala keabsurdan dan kerempongannya, ya guys. Ku sayang kalian. XOXO


So, Let’s find some beautiful place to get lost!

@amalinair

You Might Also Like

0 komentar

Cari Blog Ini