8/17/2014 02:51:00 AM

Sementara di alam bawah sadar...


Kota Hujan yang kau sebut "Kota Pengirim Banjir",
16-8-'14
H-1 kembali ke perantauan.

"Assalamualaikum, bang :)
Apa kabar? Sehat kan. Bagaimana liburan pulang kampungnya? Pasti asik ya sampe hilang ga ada kabar ga ada cerita. Mmmm....

google.com
Aku mau jujur bang. Ya, mungkin semuanya tidak diperjelas. Atau mungkin cara-cara kamu yang kayak gitu sudah cukup jelas, tapi aku yang sudah dibutakan. Jujur aku kehilangan.

Kehilangan teman diskusi. Kahilangan teman pengisi hari-hari. Kehilangan teman berdebat. Kehilangan teman yang selalu memandangku dari dua sisi. Kamu, bang.

Teman. Cukup temani aku dalam sunyinya waktu-waktu menjadi perantau. Karena kuakui aku banyak belajar darimu sang perantau sesungguhnya. Sungguh aku tak ingin merusak dengan memimpikan sesuatu yang lain.


Jadi maaf kalau sekiranya semua ini terasa berlebih. Jadi tolong jangan salah artikan maksudku.

Bang, kamu kan lebih melayu tulen daripada aku, jadi jangan jijik ya kalau suatu saat kamu menyadari pernah ada wanita tak waras yang di dalam alam bawah sadarnya berkata panjang untukmu. Berceloteh ria dalam deretan aksara tak bersajak ini, hanya untuk penghibur luka.  Ya, kamu menoreh luka. Walau kuyakin takkan pernah tersampaikan.

Luka? Salah apa aku, hingga pada detik semua terasa berbeda tanpa kau isyaratkan makna, kau sungguh berlalu. Bukankah itu membuat luka?

Kemudian sedang apa aku disini? Pada deretan aksara yang coba mencari makna bukan menagih pengobatan akan luka yang kau tinggal sepi sendiri. Aku membodohi diri.

Seharusnya tak ku jawab saja ucapan Selamat Hari Raya kala itu, diselipkan pula permintaan maaf yang maknanya tak lagi tulus. Haruskah ku menyesalinya? Tidak.

Tidak sedetik pun dari pertemuan kita yang ku sesali.
Tidak setitik pun dari kata yang terangkai antara kita yang ku minta kembali.

Aku menyesali pertemuan yang terlalu singkat.
Aku meminta kembali segala kata yang dari awal memang bermakna sesaat.

Ah, kalau ku tanyakan secara langsung, paling kamu bakal jawab 'hahaha' atau 'gatau', syukur-syukur lagi dateng jiwa pengen selalu menangnya.

Setelah semuanya, semoga kamu selalu sehat dalam lindunganNya. Meraih cita-cita dalam pelukan tanah perantauan. Jangan pernah lupakan sudut-sudut kecil di sana-sini, mungkin aku ada di salah satunya.:)

Sampai bertemu kembali di entah kapan dan dimana pun itu, mungkin di suatu hari saat kita sama-sama memakai toga?

Sudah ya, Bang. Masih di kampung halaman kan? Salam untuk orang tuamu ya.

Wasalamualaikum. wr. wb"

 Salam Neng.

You Might Also Like

0 komentar

Cari Blog Ini