#reformasidikorupsi
9/30/2019 10:55:00 PMKelak mungkin anak cucuku akan membaca novel berlatar sejarah 2019 seperti aku mengenal Dimas (Pulang, Leila S. Chudori), Amba (Amba, Laksmi Pamuntjak) dari tahun 1965-1968, kemudian Biru (Laut Bercerita, Leila S.Chudori), Marni (Entrok, Okky Madasari) dari tahun 1998-1999.
Tokohnya; Hanun aktivis yang jilbabnya selalu menjuntai hingga ke tanah, tokoh protagonis pengeritik demokrasi yang tidak sesuai dengan syariat bertemu dengan Handoyo seorang yang keras sang Marhaen yg hidup di tahun 2019. Keduanya menolak kapitalisme namun dengan cara yang berbeda.
Di penghujung usia 20-an keduanya mewakafkan diri untuk memberi makan ego dan idealisme atas nama bangsa.
Simbok Handoyo mulai resah, "kowe arep dadi opo tho le? Wis tho eling, saiki gur ngenteni aku mati," katanya pasrah.
Sementara Hanun tumbuh di lingkungan agamis, ayahnya berdarah habib merupakan ulama terpandang. Hidupnya dalam taraf yang stabil, berbagai ilmu & kajian ia dalami, niqab di wajahnya tidak membuat jiwa mujahidnya terkekang.
Ia disegani, berkali-kali ia berkata pada Abi, "nanti".
Hari ini reformasi dikorupsi, katanya.
"Lek, iki nasi kuning wis ibu dongake mugi-mugi kowe slamet dunya akherat. Dino iki 29 taun kepungkur sampeyan lair....", kenang ibu di hadapan tumpeng nasi kemarin bertabur serundeng dan bawang.
Handoyo terdiam matanya nyalang ke nyala tungku dapur yang temaram. "Kalau saja bapakmu mbiyen ora melu-melu, saiki mesti kowe wis dihajar. Apa kowe arep mati sia-sia, aku wae sing mati nyusul bapakmu, Yo. Ejih pitik kowe mbiyen kelas papat ngerti opo, bapakmu mati"
Hari ini reformasi dikorupsi, katanya.
"Nak, Abi mau ingatkan pesan Umi. Qadarullah, waktu usiamu 8 tahun tepat hari ini. Umi bilang; jaga Hanun ya, Bi. Kalau Abi sudah tidak mampu percayakan pada Ikhwan pilihan Abi." Sambil terengah-engah, Ia melanjutkan, "Abi sekarang sudah tidak bisa jaga kamu lagi".
Hari ini reformasi dikorupsi, katanya.
Ada jiwa-jiwa yang mati. Idealisme dikorupsi untuk mengobati luka-luka atas nama reformasi.
Handoyo sekarat menyaksikan kerutan ibu dari sinar tipis yg masuk lewat sela dinding bilik dapur.
Hanun terbiasa sekarat menegakkan langkah tanpa umi, namun ada yang lebih darurat yaitu menegakkan syariat Allah di bumi.
"Nanti dulu Bu, perut kita masih lapar."
"Nandi dulu Bi, hukum Allah belum ditegakkan dgn benar."
Surga masih bisa menunggu, meski dunia penuh dengan orang dungu.
Tapi hari ini reformasi dikorupsi, katanya.
Korupsi mereformasi bentuk jadi dunia surgawi atau surga duniawi?
-Hanun dan Handoyo, 2019.
//@amalinair
0 komentar