Lelah Menjadi Baik
12/04/2012 06:59:00 PM
Bogor,
walaupun gerimis ringan di luar tapi suhu di kamar tetap sepanas ketika tadi
siang gue naik bis umum hahahaha, 30 o C menurut sebuah sumber web
langganan gue tempat cek suhu.
-***-
Menangis
itu perlu. Menangis sebagai pertanda kalau kita masih punya perasaan, punya
hati. Gue? Apakah punya perasaan?
Menangis
itu senjata terakhir wanita. Tapi bagaimana untuk wanita yang terlalu sering
menangis? Ah dasar lemah, cengeng!! Gue?
Gue
tetap saja begini adanya. Gue juga wanita, perempuan tepatnya. Gue kaku, keras,
tidak peka, cenderung mengambil jalan pintas dari segala masalah, 'masalah
perasaan' umumnya. Mereka banyak menjauh sambil berkata jujur tentang gue, atau
tetap di dekat gue sambil terus mencemooh, bahkan yang terbaik masih di dekat
gue sambil terus tersenyum.
Hell ya? Gue menangis.
Tau rasanya
lelah menjadi baik? Muak atas semua
keadaan, benci yang terlalu dalam terpendam hingga menyentuh sembilu-sembilu luka.
Maaf.
Maaf karena gue belum menjadi baik, tapi telah lelah untuk menjadi baik.
Lelah, ketika pesan untuk berbuat lembut disampaikan dengan kasar dan penuh bentakan.Lelah, ketika rasa hormat tak berharga lagi dibanding dengan ucapan manis dan gerak palsu.Lelah, ketika kerja keras tak mampu melampaui kerja cerdas berasas iblis.Lelah, berada di lingkaran dan bayang-bayang pemberi batasan, terkekang meregang ide dan semangat hingga sirna.Lelah, menggapai sesuatu. Tersadar tak mampu menggapainya, telah terlepas gapaiannya,simpan dalam jangkauan namun nyatanya memudar seiring waktu.Lelah, memaksa merasa kuat, sendiri. Tanpa lentera, tanpa pendorong, bahkan tanpa alas kaki.Lelah, menjadi abu-abu diantara hitam yang menguat dan putih yang ternoda.
Gue
mengeluh, yaaa, gue meratapi keadaan. Keadaan
yang bila sedikit gue resapi dengan kepala lebih jernih dan mata sudah sembab
terasa akan lebih baik. Menangis dan tenang.
Mungkin
ini sekadar akumulasi dari beban fisik dan emosional, saat gue berada di
minggu-minggu genting, bulan-bulan darurat pada tahun terakhir ‘sekolah’. Seakan drop
berkepingan, tiba-tiba salah satu motivator gue hilang ditelan bumi tanpa jejak
dan maksud yang jelas sebelum kepergiaannya.
Motivator utama dalam perjalanan gue ini, orang tua, tiba-tiba terasa
terlalu sering menambahkan tekanan yang juga tak jelas maksudnya, dominasi
tetap masih dimiliki kedua adik gue, dan gue? Tetap harus menjalani fase ini
walau tanpa daya dukung yang memadai, bagai berpijak di gumpalan awan, terasa
pasti namun nyatanya melayang-layang.
Haaaah..
walaupun hari ini cukup indah di sekolah di kelas yang kalau sudah berkumpul
dalam event-event kayak tadi jadinya kelas tercintah. Hari ini ada ‘Selasih’, selasa bersih,
semacam acara bersih-bersih dalam rangka menyambut UAS karena kami sudah
terlalu pintar, ah tidak kami bercanda. Sebelumnya
ada pelajaran olahraga dan kelas kami ditantang bertanding futsal dengan anak
Ipa7 yang seharusnya adik kelas kami, namun mengikuti program akselarasi. Dan...
kami kalah otak (pastinya) dan kalah otot(sialnya) dengan skor untuk putra gue
lupa dan untuk putri 4-1. Setelah bersih-bersih,
*gue ngepel lohh* kita makan bersama dengan menu ayam bakar, nasi,
sambal&lalapan, oh iyaa es obot.
Dan kembali...hell
yaa! Ketika sampai di rumah -____-“. Setelah
kehilangan Iphone-nya : ( bokap gue
semakin menjadi-jadi : ((( *oke ini nggak ngaruh*
Belum
lama gue tau dan yakin akan peran gue terhadap salah satu drama yang kisahnya
gue ukir sendiri ini. Setelah merasa
pasti, terasa kembali ada yang salah, dia menjauh disaat gue bahkan telah
berusaha mengambil peran yang terbaik tanpa berharap apapun dari peran
tersebut. Teman; peran yang gue ambil. Ya kenyataannya teman, mungkin kenalan
pikirnya.
Peristiwa
besar akan terjadi esok, halaah tidak begitu besar nyatanya akan tetap sama,
secara pesimis gue tau dan sadar akan tidak berhasil di berbagai subjek mata
pelajaran. Menurut sisi optimis diri
gue, bisa! Ya gue masih bisa ber-strugle di
ujian terakhir semester ini, UAS!!
Pensil-pensil
runcing yang harganya dari seribu rupiah hingga kini empat ribu rupiah telah
menemani dan siap bertempur bersama gue.
Bekal ilmu? Ah masih minus : ( sudahlah ketika diatas gue sebut ‘lelah
menjadi baik’, kenyataannya gue tidak rela dan tidak mampu untuk menjadi tidak
baik. Dalam proses untuk menjadi baik
ini tidak hanya gue yang sudah lelah dan berkorban jadi gue berusaha meyakinkan
diri kalau sedikit lagi, mungkin di depan gue akan menemukan reward ‘selamat sudah menjadi agak baik’
......
UAS:
1. B.Inggris, PAI
2. Kimia, PKn
3. B.Indonesia, TIK
4. Biologi, Sejarah
5. Matematika, Penjaskes
6. Fisika, B.Prancis
1. B.Inggris, PAI
2. Kimia, PKn
3. B.Indonesia, TIK
4. Biologi, Sejarah
5. Matematika, Penjaskes
6. Fisika, B.Prancis
ƪ(˘⌣˘)┐ U to the ƪ(˘⌣˘)ʃ A
to the ┌(˘⌣˘)ʃ S
to the ƪ(˘⌣˘)┐
Semesta..jangan
lupa bantuin dan doakan gue ya?!
Sampaikan ke Sang Maha pemilik ilmu kalau gue lagi butuh-butuh banget
mukjizatnya..HAHAHA
@amalinair
0 komentar