Part 3 (everythin' is can be)
8/10/2011 08:57:00 PMBogor, diteriknya matahari petang.
Mungkin ini menjadi klimaks dalam kisah Lala, suatu klimaks dari bagian lain kisahnya. Atau mungkin ini menjadi akhir dari pertemuannya. “Dan terimakasih karena pada akhirnya cukup indah dikenang.”
Berjalan Lala menyusuri terik matahari, menuju tempat tinggalnya di ujung jalan yang panjang. Terpikir kembali menyadari sang pujaan telah pergi. Pergi..mungkin akan kembali, pergi yang tak begitu jauh, karena hanya kira-kira 5 km dari pagar hitam itu.
Terkenang suara kuda besi itu, tebayang jelas warnanya. Langkah Lala terhenti di sebuah persimpangan. Persimpangan jalan yang akan membuatnya tersenyum bila mengingatnya. Tepat di hadapannya laki-laki itu, laki-laki dalam angannya.
“Apakah ini nyata? Atau aku terbawa dalam anganku saja, oh..sungguh Tuhan sang Maha Kuasa”.
“La.. baru pulang?”(Aku gemetar) “Ha.. iya ka.”“Oh.. yaudah bareng yuk!”
Berlebihan bila kukatakan ini seperti mimpi dan aku ingin terbang karenanya, tak ingin ku segera terbangun dan tersadar .
Tersadar rumahnya bukan di balik pagar hitam itu, Lala bertanya,
“Mau kemana ka?”“Ini mau ke warung deket mesjid. Nih nyampe deh ”“Oh....ke warung ka.”(Dengan senyumnya) “Yaudah La, duluan yaaaa”
Mungkin itu memang awal dan akhir dari kata-kata yang langsung terucap dari mulut laki-laki itu. Dimas Pradipta yaaaa......
“DIMAS PRADIPTA”
“Bagaimana bisa?.. Bagaimana bisa rasanya begitu cepat, bagaimana bisa rasanya begitu singkat, kini telah berlalu tapi rasa ini masih membelenggu, kini telah pergi tapi rasa ini takkan terganti.”
Bahagia bila Lala mengingatnya, tapi kehilangan menghantuinya. Sosok di seberang pagar hitam itu telah pergi, sepi kini terasa di hati Lala. Kecewa Lala menghadapi kenyataan, pahit memang rasanya, tiada daya untuk mengungkapkannya.
0 komentar