Siapa Mereka?
4/12/2015 12:44:00 AM"Ada orang-orang baik yang dihadirkan dalam hidup kita, hanya untuk menguji perasaan bukan untuk menjadi pasangan hidup kita"-nn.
Ya, klasik. Kembali pada catatan-catatan yang terlalu melankolis atau sebut saja dramatis, tidak terlalu edukatif atau berisikan sesuatu. Sebab, hey ini bukan blog berdomain .org atau .ac.co.id hahaha ((fail))
Aku ya, gue akan coba memperhalus diri dengan menjadi aku.
Bicara tentang perasaan tak ada habisnya, apalagi memasuki tahun ini, meninggalkan usia yang disebut remaja, yap so here i am di masa akhir kepala satu. Kemudian topik lain yang sedang hits sekaligus kekinian di remaja-remaja akhir, yea pasangan hidup.
Hidup dari seperlima abad, sepertiga usia kaum Nabi Muhammad, kamu sudah jadi apa, nak? Hahahahahahaha sedih.
Banyak detik jadi perenungan. Masih panjang, masih jauh banyak yang harus diperbaiki. Ketika suatu pagi, menyadari banyak yang dilalui, banyak yang datang dan pergi. Ah, cobalah untuk sedikit mensyukurinya.
Bukan, bukan ku menutup diri. Akhir-akhir ini ku banyak belajar, menundukan pandangan kepada mereka ternyata itu lebih baik, kemudian berkesimpulan selama ini aku tak salah.
Sebut aku telat, di saat gadis-gadis seusiaku-lebih awal dulu-banyak membicarakan-isu- tentang ini. Aku memang dibesarkan bukan dengan gaya dan cara yang membuatku jadi orang yang mudah mengekspresikan perasaan. Aku lebih banyak diam atau bingung lebih tepatnya, yaaa mereka bilang tak peka.
Lantas, ketika ku mulai coba memahami belajar sendiri tentang arti peka....yea i'm too sick of all this stuffs.
"Lin, sekarang kamu sudah dewasa, jangan lupa solat malam minta petunjuk di dekatkan jodoh"- she said. Yea that kinda of my mom.
Tenang, masih banyak waktu. Kalimat itu seakan terus mendoktrin batin dan pikiran. Ah, ya mungkin kini aku terlalu meratap, kembali mengiba. Ha Ha Ha wtf, bodoh.
Terlalu banyak yang belum ku capai dan terlalu sempit jika masih mengibakan tentang hal-hal remeh semacam itu. Kini betapa sinis ku pada lawakan tentang sarkasme jomblo dan sebagainya. Sedangkal itu kah humor kalian?
Sungguh jika belum waktunya, Sang pemilik semesta pun belum mengkonspirasikannya. Ini semua tentang menjaga diri, menjauhkan diri dari hal remeh yang lebih banyak mudharatnya. Jika mempunyai pasangan di masa-masa sekarang alih-alih alasan belajar berkomitmen, aku lebih setuju jika itu semua atas dasar hiburan.
Hahaha mungkin kamu kesepian.
Maybe i'm that 'kolot' you think. Nope.
Belajar, yeah. Seharusnya belajar lebih pada mengontrol that puberty hormone ha ha ha btw, im no longer in that puberty phase :( so boleh lah kalau aku berasumsi seperti itu.
Asumsiku muncul dari banyak pemahaman, dari mereka yang datang dan pergi, dari mereka yang berbaik hati pernah mengisi hari-hari, dari mereka yang ku amati ada yang tulus hingga beberapa yang ku tak mampu untuk memaknainya. Mereka...yea mungkin dikonspirasikan Sang pemilik semesta hanya untuk menguji perasaan.
Jadi apa gunanya meratap jika konspirasi semesta masih terus mengujimu untuk terus belajar.
Di dunia ini tak ada yang gratis, bahkan untuk mendapatkan hal-hal yang sudah tertulis dalam takdir, jodoh. Sang penulis takdir tak akan meminta bayaran, hanya saja sebelum mendapatkannya sudah cukup tahu dirikah? Sudah pantaskah? Maka, belilah takdir itu dengan barter sesuatu hal yang cukup 'pantas'. Memantaskan diri.
Ini hanyalah deretan aksara untuk memotivasi diri sendiri, mencoba berkonsultasi sambil berdamai dengan hati dan pikiran. Jujur, seiring berjalannya usia ini aku dipenuhi banyak prasangka.
At the end.
Terima kasih.
Terima kasih teruntuk semesta atas segala konspirasiNYA, kepada mereka yang menjaga tepat pada batas.
No feeling attach.
Teman berbagi penat, morning greeting-alarm, pelukan motivasi, bahkan hingga mawar putih ucapan terima kasih. Ya, aku ikhlas jika menjadi orang yang pernah hadir dalam hidup kalian, walau entah mungkin aku bukan penguji perasaan karena aku yang dipermaikan. Terima kasih :) biar aku yang belajar.
Karena aku akan terus belajar memahami dan memaknai bukan menerka, memantaskan diri....sambil menunggu. Mengukir pengharapan lewat doa pada semesta yang akan mengonspirasikan bab baru dalam catatanku.
Jadi jangan beprasangka jangan ragu pada janji semestaNya.
Mah, kelak ada yang sungguh-sungguh mengetuk pintu berbicara padamu, meminta izin walau hanya untuk sekadar bertemu denganku. Bukan hanya menungguku di seberang rumah.
Pah, kelak ada yang mau berbincang panjang tentang perpolitikan lebih baik dariku. Bukan hanya basa-basi manis, jadi persiapkan topik Pah. Karena jangan tanyakan IPK seperti ketika kehabisan topik saat berbicara denganku.
Mah, Pah inshaAllah, kelak ada yang aku kenalkan bukan sebagai teman sekolah, teman kuliah, teman makan, teman seperantauan dan sebagainya, aku akan sebut dia teman hidup.
Ku percaya doa Mah, Pah takkan pernah habis.
Kelak, karena aku tidak tahu pasti dan tak ingin menerka. Tetapi, boleh bila ku meminta untuk sekarang, dekatkanlah Ya Rab :):)
Bukan mereka, karena mereka orang-orang baik yang dihadirkan dalam hidup, hanya untuk menguji perasaan bukan untuk menjadi pasangan hidup.
@amalinair
0 komentar