Milikku tidak Bisu, Tuli, dan Buta

1/03/2014 09:46:00 PM

Photo by me.
Sejauh kaki melangkah
Setinggi asa memimpi
Seluas tatap memandang
Selihai jemari meraih
Inginku, takkan berbatas

Bukan.  Bukan karena kekufuran nikmat semesta
Bukan.  Bukan karena aku tak pernah merunduk

Waktu yang mengajariku,
peristiwa yang menyadarkanku,
bahagia yang membuatku candu,
akan segala sesuatu, yang kurasa mampu, untuk jadi  milikku.

Milikku adalah candu bersama.  Bahagia untuk semesta.
Bukan.  Ini bukan sederatan kalimat kampanye. 
Mengumbar janji bagi para pemimpi.
Ini aku yang sedang bermimpi.
Bernyanyi pada nada-nada bahagia.
  Kedamaian semesta.

Saat hujan kelak selalu disambut tawa.
Saat lapar kelak jadi berita bahagia, 
Saat pembantu dan majikan sama-sama jadi manusia.
Milikku untuk nanti.  Sebentar lagi, bukan saat ini.
Saat ini...hujan adalah pembawa bencana,
lapar adalah sumber segala masalah,
majikan adalah monster rakus dan pembantu adalah alat.

Karena kini semua membisu, kemudian tuli hingga jadi buta nurani....

Bukalah mata pada kesempatan, pada keadaan, pada jalan-jalan yang disinari sang semesta.
Perhatikanlah tatapan kosong di sana-sini, berharap.
Bangunlah dari nyanyian yang terlalu indah, meninabobokan dalam mimpi.
Bergeraklah karena sudah terlalu banyak kata, dalam kepulan aroma kopi di setiap pagi.

Jika harapan bisa jadi nyata
Mengapa kenyataan sering menenggelamkan harapan?

Jika semua berawal dari mimpi
Mengapa terus tertidur tanpa mencari akhir dari awal tersebut?

Jika bicara itu mudah
Mengapa hanya berdiam, bahkan apatis tanpa sepatah kata?

Karena kini semua membisu, kemudian tuli hingga jadi buta nurani....

You Might Also Like

0 komentar

Cari Blog Ini