Perantauan : Serpihan yang Dekat

11/19/2013 02:13:00 PM

Yogyakarta, 20.34. Menyesap secangkir kopi hangat ditemani kesepian, ah tidak kali ini gue ditemani deras rinai hujan.  Ya dengan senyum merekah dan mata terpejam mari sambut musim penghujan di tanah kesultanan yang sebelumnya selalu gersang ini.  Setidaknya hujan telah sering kutemui walau kehadirannya semakin membuatku merindu.  Dipenuhi rasa bersalah, karena rasanya postingan akhir-akhir ini beraura negatif semua.  Berisi rengekkantentang rindu akan suasana rumah, susahnya ujian, menyedihkannya sinyal kostan gue dan seterusnya.  Berat. 

Bukan, bukan gue menyesali betapa nikmat Tuhan yang satu ini bisa berada di tempat istimewa ini.  Gue hanya sedang khilaf mungkin tak tahu diri, di awal gue begitu banyak mengukir cerita bahagia yang tak sempat tertuangkan dalam deretan aksara yang pada akhirnya hanya akan menjadi spam melayang-layang di dunia maya.  Sekarang? Bolehkah gue sekedar mengenang, ya gue sudah belajar ikhlas kok kalau saja kisah bahagia di awal takkan terulang kembali.

Gue sendiri. Jauh.

Ini hanya kelanjutan kisah klasik di hidup gue yang terlalu datar sehingga gue perlu menorehkan sedikit gejolak di sana-sini agar terasa sedikit menarik.  Berada di belahan pulau Jawa yang lain jauh dari rumah nyatanya gue sadari seperti konspirasi semesta yang unik.  Di sini gue dipertemukan tidak hanya dengan beribu wajah yang sedang gue rangkai menjadi bagian jaring-jaring relasi yang baru, tapi gue juga didekatkan kembali dengan orang-orang yang bisa dibilang telah menghilang dari bagian hidup gue.   Siapakah mereka?
Pertama teman sekomplek gue yang bisa dibilang tetangga sewaktu gue tinggal di kabupaten Bogor.  Sebut saja Febri namanya.  Dia teman semasa SD hingga awal SMP yang diam-diam paling jahat penyebar gosip busuk mengenai gue, selalu berkompetisi di bidang akademis secara tidak langsung karena kebetulan gue dan dia cukup cerdas di komplek itu hehehe(dulu-_- sekarang kecerdasan gue sudah luntur terkontaminasi), Ibunya teman yang cukup akrab dengan nyokap gue...entah kebetulan beberapa saat ketika gue akan pindah rumah dia sekeluarga pun pindah ke Bandung.  Dan singkat cerita kami tak lagi pernah bersua, hingga terdengar kabar dia diterima di kampus yang sama di fakultas Hukum, good job boy!

Sewaktu gue menyambangi kampung halaman, tanah kelahiran, gue juga menerima kabar sejenis.  Ini tentang teman semasa di taman kanak-kanak dulu yang wajahnya pun samar gue ingat, bisa dibilang dia masih punya memiliki hubungan persaudaran dengan gue, kami satu buyut, kakek kami adalah kakak beradik.  Satu yang gue ingat dia pendiam, jauh lebih pendiam dari gue yang pendiam ini hehehe. Sebut saja dia Rosi. Setelah gue lupa kapan terakhir bertemu terdengar kabar bahwa dia juga berada di kampus ini di fakultas Ilmu Budaya....what a world!

Kemudian di reuni SD terakhir, gue sempat terkaget-kaget karena perubahan drastis dari beberapa teman khususnya sebut saja Fakhri, dia anak ambisius yang cerdas mengenai matematika bertubuh imut dan terakhir bertemu di reuni tersebut dia......membesar hahaha. Sedikit yang gue inget di kelas 4, gue yang semakin menjadi dan mulai terkontaminasi sering membuat ulah setelah gue mendapat award tersabar—karena gue selalu di bully—dan dia teroptimis oleh wali kelas kami, gue pernah memecahkan rautannya, merobek sampul bukunya, kepo membaca surat cinta dari pacarnya dan hal-hal absurd kala itu. Tubuhnya menjadi tambun dan dia pun kini ada di fakultas Geografi kampus gue, hahaha peace ndut!

Tak lama setelah pengumuman tes jalur mandiri, gue juga menerima kabar lain. Hampir kasus yang sama, sebut saja Chandra pada kasus yang ini.  Dia teman sekelas gue di masa-masa akhir putih biru sekaligus teman sekomplek gue di alamat rumah baru gue, suka ngebut-ngebut alay dengan motor mio putihnya dengan sok kece di jalan perumahan.  Dia sama-sama bagian sakit jiwa dari kelas 9b kala itu namun satu-satunya yang melanjutkan studi paling jauh hingga ke dunia lain.....di Salatiga hahaha.  Tak disangka dari dunia yang jauh tersebut dia melanjutkan studi di kampus yang sama ini di fakultas vokasi. Halo orang sakit, sudah sembuh belum?

Oh ya... ada teman bimbingan belajar gue selama 3 tahun SMA yang akhirnya bersama-sama mengarungi peliknya tuntutan ilmu hidup di sini.  Awalnya tak pernah terlintas keinginannya untuk ada di kampus ini, namun takdir berkata lain, iya ga Sha?.....hehehe sorry Sha, gue emang rada sotoy, eh sotoy banget sih.  Shasha namanya ada di fakultas Biologi.

Beda cerita tentang yang ini.  Dia bukan siapa-siapa......ah shit gue bohong.  Dia bisa dibilang pengisi masa kelam hidup yang jujur cukup indah nan berwarna kala itu.  Dia pernah mengisi masa jungkir-balik di awal gerbang yang disebut-sebut remaja.  Kelam, ya masa di mana gue berbohong akan hal-hal yang gue anggap menyenangkan dan gue sebut bebas.  Pengaruh burukkah?  Tidak, gue tidak menyalahkannya malah gue berterima kasih atas waktu yang pernah dia isi.  Gue rasa itu suatu pendewasaan yang berarti yang bisa gue rekam dan simpan, kelak bahkan saat-saat ini menjadi memori pembuat senyum miris atau seringai sambil menggeleng kepala. Sebut saja dia......ah xxxx untuk yang ini: ).  Hubungannya dengan sederetan kisah pertemuan ini?  Ya, dia sekarang juga berada di tanah perantauan ini, dekat.
Ps:  Belum lama dia sempat mengirimi gue pesan, berisi sebuah permintaan.....tapi terasa seperti pembodohan bagi gue, sorry darl, gue ngga bisa masuk ke lubang yang sama dua kali: ))

Lalu, pernahkah kita bertemu dan saling merangkai kembali jejak-jejak yang pernah sirna ini? Hahaha hiperbola. Tidak, sampai musim berganti pun gue belum dipertemukan secara nyata lagi dengan mereka....

“Tenang aja Mal, disini kita keluarga. Kalo ada apa-apa cerita aja, jangan sungkan.”

Awal perantauan ini pun gue tak tahu tepatnya, berapa orang teman SMA yang melanjutkan studi di kampus tanah keraton ini.  Hingga waktu berjalan gue baru diinfokan ada 11 orang di tahun ini dari sekolah kami.  Ada gue dan manusia absurd bernama Fajar di Fakultas Pertanian dari IPA2, “Mal doain gue dong, biar sekampus sama lu yang khusyuk ya.....”, twit si Fajar kala itu yang gue iya-kan namun kenyataanya boro dengan khusyuk, doain beneran saja kayaknya gue lupa hahahaha dan jengjengjeng....dia diterima jalur mandiri walau salah jurusan-_- jadilah gue bahan bullyan dia disini.  Ada Yogie si cina oplosan di fakultas teknik partner in crime Fajar dan Raisya mba manis nan cantik di fakultas Biologi dari IPA1.  Ada Putri di teknik sejurusan sama Yogie dari IPA5, “Ah padahal gue yang suka ngomongin ngekost bareng, jalan bareng di Bandung sama Aul di depan elu Mal...eh malah gue yang jadi bareng elu..”, kata Putri di Kalimilk kala itu, ah....kami pun jadi merindukan teman yang murah senyum bin lelet itu.

Jadi awal perantauan gue di sini memang didominasi oleh ke-4 orang tersebut.  Mulai dari makan malam, nongkrong sore sampai gue dikunciin oleh penjaga kost juga karena mereka.  Apalagi 2 lelaki sesat tersebut yang sering menyesatkan dan membodohi gue, mulai dari membayarkan parkir mereka, pembodohan bayar makan pake duit gue dulu karena uang mereka gede, mesenin makanan, mencomot lele goreng gue terus tarik-tarikan berebutan, minta dijemput di stasiun malem-malem, minta di-missedcallin pagi-pagi biar bangun, ngasih cerita sedih-sedih biar nangis kangen rumah, pamer-pamer tiket pulang sambil ngeledek, nyariin tukang tambal ban, mukul-mukul helm mahal gue—helm yang bonus motor—pas lagi dipakai, nyari wifi jauh, ngetawain gue yang nyasar berjuta kali, dan lain-lain.  Sesungguhnya itu tidak sepenuhnya gue anggep pembodohan....karena gue juga sering menyusahkan kalian :””—karena kebodohan gue mungkin—mereka yang paling sering nunggu di ujung gang atau di depan kostan gue berabad-abad karena gue lelet atau sinyal dikostan gue yang bapuk, minta nebeng aja soalnya gue gatau jalan atau sebenernya gue males hahaha dan lain-lain juga.

“Mal kok elu di FK jadi makin dongdong sih?”, tanya sekaligus ledek Fajar.

Tak lama.....setelah libur Idul Adha....mereka sibuk.  Gue pun TENTU SAJA juga sibuk, engga deh bohong biasa aja sih : ( kami tak lagi saling bertemu, mengejek, mengolok dan merugikan kafe di dekan kostan Putri—karena kami selalu nongkrong berabad di sana makan lele madu, menu termurah di sana—ya kami sibuk.

Ada 6 orang lainnya, mereka adalah Nina di hubungan internasional, Syam di teknik, seorang anak aksel di FK juga—gue ga kenal dan baru tahu hahaha—Dyara di akuntasi, Diah di vokasi dan adiknya yang aksel juga di akuntasi juga.


“Mal, ke Jogja kapan?”, tanya doi.

Lalu inikah konspirasi terebesar semesta?
...
“Mal, kuliah jam berapa?”
“Mal, dimana? Kesiniiiiii buruan!!!”
“Mal sibuk ga?”
“Mal ....
“Mal.....
“Mal....
.......................................
Menyimpan.  Banyak.

Hanya Tuhan dan gue yang tahu.
Meski doi pun takkan pernah tahu.

Ya. Doi di sini....pernah mengisi.
Pernah mencari, pernah.

Kini pelan-pelan biar kususun rela, mengharap ada rasa lega.
Sudahi. Pergi. 
........

Belakangan gue sadar ini hanya kebaikan semesta agar gue sedikit lebih kuat dan bersemangat di awal perjalanan ini.

Serpihan yang dekat?
Ingatkah mereka pada seonggok manusia—yang telah menganggap mereka bagian dari kenangannya—ini?

Fortunately,  my mom and my dad call me  Lina not Amal.

Telepon.
5.45am
P: “Halo Lin, udah bangun? Ke kampus jam berapa? Udah shubuhan? Nih...Mamah mau ngomong...”
M: “Lin kamu sehat kan? jangan nunda-nunda solat, bangun solat malem ya..makan yang bener, beli buah. Uangnya masih cukup kan?”

SMS
M: “mba lagi ngapain mamah sama dede lagi berenang nih...”
M: “Mba mamah sendirian nih dede bobo, papah sama Riza sibuk nonton bola”

MMS
P: ‘My inspiration’ ...*Foto Raffa pake topi-kacamata-jaket*
P: ‘Baju baru’....*Foto Raffa*
*Foto Raffa*
*Foto Raffa*
*Foto Raffa*

Line-Twitter-BBM
To Riza: de!!!!!
*sticker* *PING!!!* *RT-reply*
*sticker* *PING!!!* *RT-reply*
*sticker* *PING!!!* *RT-reply*
.....dibaca / R.....

@amalinair

You Might Also Like

0 komentar

Cari Blog Ini