Merdeka Versi si Sotoy

8/17/2013 10:01:00 PM

Bogor, MALAM MINGGU, 7.45 PM.  John Mayer-Say.

Fyuh.  Sudah begitu lama sejak postingan terakhir.  Sudah begitu lama gue liburan membatu di rumah.  Udah begitu lama gue tetap sendiri men-single-kan diri.  Halah apa ini…..

Btw, terlalu banyak event yang gue lewatkan engga gue curahkan sebagai spam di blog ini.  Sebelumnya Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.  HAPPY HOLLY IED MUBARAK 1434 H, guys! 


Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap setia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap setia
Membela negara kita

*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-68, MERDEKA!

Kemudian gue bertanya apakah gue sudah merdeka dan tidak yakin arti dari kata merdeka itu sendiri. Merdeka mempunyai definisi relatif bagi gue, secara umum setahu gue merdeka itu bebas, mandiri dan memiliki tanggung jawab.  Kembali pada pertanyaan awal apakah gue sudah merdeka?

Berkaca pada keadaan gue diam dan malu….jauh diri gue dari kata merdeka yang gue definisikan sendiri. Merdeka dan merasa bebas tentunya jika kita sudah mencapai suatu pencapaian yang kita tanam. Berani bermimpi, berani menentukan tujuan lalu tentunya berani mengambil langkah untuk dituntaskan.  Sejauh yang gue rasa gue Cuma bisa bermimpi dan berangan-angan, kadang gue sadari mimpi gue pun masih dibatasi oleh banyak hal yang gue sebut-sebut realita. 

Pahit rasanya jika semua harapan dan mimpi harus dijatuhkan pada realita, pada kenyataan yang disebut-sebut oleh orang-orang yang mengaku dirinya logis.  Lalu sampai kapan gue akan terus berjalan pada garis yang dipaksa lurus namun berbatas pagar-pagar yang menamakan dirinya realita. Lalu untuk apa ada kata-kata motivasi, ‘tidak ada yang tidak mungkin’?  Jika pada kenyataannya semua mimpi yang masih diawali kata mungkin harus gugur.

Ini bukan tentang subjek siapa yang bermimpi, ini tentang objek apa mimpi kita dan bagaimana kita menjadikan mimpi itu awal realita yang baru.  Karena siapa saja yang sudah ‘merdeka’ mampu untuk merangkai mimpinya sendiri tanpa batas-batas yang dibuat sang penjajah diri.  Bukan realita yang membuat kita jatuh dari mimpi dan menghentikan langkah yang bahkan sering kali belum dimulai. 

Sang penjajahlah yang baru saja membuat diri kita kembali ke masa 68 tahun silam, ketika takut dan ragu yang menyeruak. Jadi bagian yang mana diri ini sekarang, bagian sekelompok yang mengaku merdeka namun masih terbatas dalam mengambil langkah atau sekelompok yang benar-benar merdeka, merdeka dari penjajah nomor 1, yap! diri kita sendiri.

Elo yang mana? Hah? Iya elo AMALINA elo yang mana?
--Ya, seperti biasa gue barisan abu-abu yang masih selalu setengah, masih terus berproses : ( doakan ya!

Perubahan mungkin awal dari sebuah kata merdeka, seperti ketika bangsa Indonesia berani berubah dari perjuangan kedaerahan menjadi bersatu dalam pergerakan Nasional.  Untuk apa terus berdiam dalam kotak-kotak yang membatasi diri, bersembunyi dalam kata “ga mungkin”, “ga sesuailah sama gue”, “buat apa menyiakan-nyiakan yang sudah ada sekarang”, “belum tentu berhasil”, “mustahil”, “susah” dan kata-kata mati lain yang bikin elu terjebak dalam mind block diri elu sendiri.

*Tentang mental block lainnya, klik disini

Berani bermimpi merupakan kuncinya, dibarengi dengan berani mencoba tentunya.  Tidak ada kata berhasil tanpa diawali usaha mencoba.  Tapi, tidak ada kata gagal tanpa mencoba juga…woy so what? Apa salahnya gagal, tahu gak? Gagal itu lebih keren dan terhormat daripada orang-orang yang membatu tanpa mencoba.  Lagipula mana kita tahu gagal atau engga kalau belom dicoba? Ya ga? Klasik sih…tapi ya begitulah adanya. Siapa bilang gagal sekali dua kali itu teguran kalau memang sudah  bukan jalannya, bukan engga percaya takdir gue.  Cuma yang pernah gue bilang takdir tuh ada yang bisa diubah, mungkin Tuhan belum ngasih jalan karena lagi pending mimpi elu sebentar.  Dan jalan lain itu datang juga karena ada usaha dulu, mungkin bikin list mimpi kedua, mimpi cadangan gitu, tapi kalau masih ada peluang mengejar mimpi pertama kenapa engga? 

Terkesan obsesif sih nyerocosan gue itu tapi yaaa engga gitu juga… Sabar dan sadar pasti ada kadarnya.  Masa udah gagal berkali-kali masih sabar dan engga sadar? Nah saat inilah harusnya realita mulai dimunculkan berpikir pakai kelogisan, apa yang membuat suatu mimpi ‘gagal’ kecapai.  Realita yang bakal membuat elu move on dan engga terjebak nostalgia, memberikan elu mimpi alternatif atau mungkin mimpi yang sama tapi pakai jalan alternatif : )

Dan saat-saatnya perjuangan meraih mimpi pun tiba….meraih merdeka sesungguhnya, satu kata relatif lainya tapi absolut makna, SUKSES!

Sedikit kisah kemerdekaan…Terkisah dua orang bocah yang telah lahir jauh sesudah tahun 45, Jono dan Ani namanya.  Jono bermimpi untuk pergi ke sebuah kota besar demi mewujudkan mimpinya melanjutkan sekolah .  Dia seorang anak biasa dengan riwayat kasus cukup membuat orang tua dari sabang sampai merauke eneug.  Namun ia tetap bermimpi tingg.  Jiwanya telah merdeka untuk meraih ilmu setinggi-tingginya namun hatinya belum merdeka setelah diputuskan oleh kekasihnya.
Kemudian Ani, terjajah jiwa dan hatinya.  Merdeka hanya kata semu bagi dirinya.  Dengan prestasi memuasakan otak cerdas dan bekal kecakapan, Ia tak tahu harus melanjutkan kemana, setelah sekian lama ia acuh dan menutup perasaan….sampai akhirnya hatinya ingin merdeka kala melihat sesosok atletis dengan mata besar khas anak tanah Jawa, Jono.  Hatinya merangkai mimpi, memulai berbagai langkah demi meraih merdeka…bersama hati Jono.Keduanya mulai menyusun siasat dan taktik demi meraih kata merdeka yang didefinisikan oleh dirinya masing-masing.  Jono bersama rasa pilu berusaha bangkit memulai perubahan dengan belajar keras.  Sedangkan Ani bersama bimbang berusaha mencari jurus jitu merencanakan perubahan dengan membuka hati mencari tahu tentang Jono.
Waktu bergulir, tanpa siasat gerilya mereka  menuju medan perangnya.  Hingga titik darah penghabisan,  Ani mengajari Jono dengan sabar dan modus+++.Sampai di detik-detik proklamasi…….. Jono berhasil melanjutkan sekolah seperti mimpinya dan menyadari adanya Ani disisinya.  Begitupun dengan Ani yang tak pernah henti disisi Jono dan memutuskan melanjutkan sekolah bersama  Jono.  Merdeka!!

*kegaringan cerita bukan kerusakan dari piranti yang anda gunakan hanya kerusakan dari otak kanan sang penulis yang mencoba kreatif xp*

Hehehe maafin yaaa gue….sotoy lagi sotoy lagi heheheh kan sudah merdeka bebas dong mau nulis apa, daripada ga pernah nulis…*eh yey!



@amalinair


You Might Also Like

0 komentar

Cari Blog Ini