Different Way
7/07/2013 05:09:00 PM
Bogor, Minggu siang menjelang sore, antara panas dengan
mendung. Tetap membuat gue betah ngulet-ngulet di atas kasur. Sebulan lebih dari lepasnya jabatan anak
sekolah yang masih menyisakan banyak cerita, tersadar semuanya sekarang banyak
yang beda..beda dari banyak hal.
-***-
Banyak kata-kata, pesan yang didapat waktu gue tepatnya kita
pergi dari gerbang sekolah kotak itu,
lepas dari seragam kebanggaan dan pisah dari semua kenangan itu. Ada bahkan banyak tekanan yang gue dapat
setelah meninggalkan itu semua. Lulus SMA
adalah awal kehidupan yang baru...itu kata-kata yang menurut gue
kemarin-kemarin amit berlebihan banget! Dan
sekarang gue akui kalimat itu ada benarnya juga.
Yang gue sadari gue dan teman-teman seperti menjadi duplikat
si Oom Mario Teguh, gue yang sering muak dengan acara seperti itu mendadak
tersadar disekelilig gue semua orang jadi peka, jadi sensitif, melankolis dan
jadi banyak membuat kalimat-kalimat motivasi bernada bijak. Parahnya seorang teman sampai mencatat dan
mengumpulkan kalimat-kalimat dari orang bijak, tegar bahkan mungkin pasrah
mendekati desperate. Gue pernah denger keajaiban semesta mendukung,
bagi gue keadaan itu memang ada, contohnya yaa sekarang-sekarang ini.
Bicara ini masa-masa menduplikat Mario Teguh, mungkin gue
yang hina ini akan membuat postingan berisi kalimat sok tahu kali ini.
Seperti didesak untuk segera menjadi dewasa dengan pemikiran
berbeda, yang gue rasakan sekarang sumpah pusing! Keadaan gue sekarang bisa dikatakan,
mmm..mungkin memang dinyatakan beruntung, karena gue sudah diterima seleksi
sebuah jalur yang disebut-sebut hanya jalur gambling¸
jalur orang bejo, jalur orang yang ga berani kasarnya jalur hoki yang
perjuangannya tipis bahkan ga berani meraih cita-cita....sakit sih, tapi yah
apalah kata pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu.
Suatu
hari sebelum pengumuman jalur tersebut gue pernah berkumpul bersama
teman-teman, mereka berkata kalau jalur tersebut memang hanya jalur hoki-hokian, yaa jangan terlalu dianggap
serius. Kemungkinannya pun kecil banget
menurutnya. Untuk mengejar cita-cita tuh
memang pantasnya melalui jalur tes. Menurut
para kakak terdahulu pun tidak usah menghiraukan jalur tersebut katanya. Gue terdiam. Kemudian salah satu dari mereka dengan kasar
mengatakan gue pasti lolos dan kalau sampai gue lolos akan mentraktir gue makan
di resto fastfood dekat sekolah. Saat itu mereka semua mengatakan
impian-impian besarnya dan merasa tidak akan mampu menembus impiannya melalui
jalur tersebut, dan rasanya sia-sia jika harus menggantikan impiannya tanpa
belum berjuang penuh di jalur tes yang lain.
Gue hanya
terdiam dan senyum sesekali. Terasa kasar
dan agak menyakitkan bagi gue, yang secara tak langsung dianggap menyerah dan
tidak berani berjuang. Karena saat itu
yang mereka tahu gue ingin masuk Jurusan Kedokteran dan saat pendaftaran gue
mundur dan mengganti pilihan jurusan. Saat
itu gue antara marah, kesal dan menyesal, berpikir kalau gue sedang direndahkan
lalu merasa mereka juga ada benarnya.
Hanya jendela kaca angkot yang jadi saksi kebimbangan gue kala itu yang
memutuskan pulang menyudahi percakapan tersebut.
Atas nama seluruh teman-teman yang dianggap beruntung dan
parahnya dianggap hanya hoki. Gue tidak
setuju dengan anggapan tersebut. Banyak hal
yang sudah diusahakan dan dikorbankan demi meraih keberuntungan tersebut. Keberuntungan ini tidak semata mengikuti
takdir, ada usaha dan doa yang menyertai keberuntungan ini. Ada realita yang diamati secara cermat demi
mengorbankan dan menentukan jalan. Ada peluang
dan resiko yang mungkin sudah diperhitungkan sebelumnya. Dan gue berpegang oleh sebuah kalimat Ayah
gue, “Kalau ada peluang kenapa harus disia-siakan”.
Percaya semua orang sudah ada jalan dan takdirnya, percaya
Tuhan itu selalu punya rencana baik, percaya Tuhan itu tidak tidur, percaya
semua usaha tidak ada yang sia-sia dan kesedihan belum lolos bahkan kebahagian
sudah lolos itu UJIAN!
Yang gue tahu sih itu sebagai orang yang beragama tapi
imannya naik-turun ini. Takdir memang
sudah ditetapkan tapi hey? Takdir itu
kan ada yang bisa diubah, maka dari itu Tuhan tidak pernah tidur mengamati
segala usaha umatnya lalu menyiapkan rencanaNya. Rencana Tuhan itu selalu baik, namun
segalanya adalah ujian dan persepsi umatnya akan selalu berbeda.
Kita mengenal kalimat ‘ada himah di balik segala ujian’ nah
itu dia...sejauh yang gue alami dan gue dapati dari banyak sumber, mereka
orang-orang positif yang selalu bersyukur pasti dalam ceritanya yang mengharu
biru penuh penyesalan dan keluhan di akhir kisah mereka selalu berkata, ‘tapi
yaaah masih untung Alhamdulillah, kalau saja....blablabla....’
Apalah kami manusia-manusia labil yang akan sok-sok
meninggalkan predikat siswa menjadi
Mahasiswa. Ya! Inilah kami dengan segala
pemikiran sempit terseok-seok memasuki masa pendewasaan. Mencoba menemukan hikmah dari semua
pembelajaran ini. Tentu saja sulit
rasanya. Bahkan bagi gue sendiri yang
masih dirasuki banyak pemikiran negatif meski sudah digolongkan dalam kategori ‘beruntung’.
Posisi setiap dari kami berbeda, menyikapi segala naik-turun
ini tentunya berbeda. Berada di tengah
mungkin terasa aman tapi menengadahlah ke atas susun langkah untuk mencapainya lalu
merunduklah sejenak agar tetap membumi dan terus bersyukur sambil mencari
hikmah segala cerita.
Gue rasa berada di paling atas bahkan di bawah itu semu. Atas itu tak berbatas, bahkan konsumen
tingkat 4 di rantai makanan bisa hancur oleh dekomposer yang letaknya di bawah
tanah. Bawah juga tak berbatas karena
terbawahnya suatu posisi pun masih bisa mengucap kalimat syukur, “alhamdulillah masih untung gue hidup!”. Ha ha ha ha
Tidak terasa waktu pengumuman tes tulis segera tiba. Eh besok ya? Aduh. Berharap yang terbaik untuk seluruh teman dan
kerabat yang sudah berjuang. Gue yakin
kalian memang lebih tangguh dari kami si manusia-manusia beruntung. Semoga keberuntungan menyertai kalian kali
ini, semoga usaha, doa, strategi dan pengharapan
membuahkan keberuntungan. Keberuntungan untuk
impian yang terbaik di tempat orang-orang terbaik!
Lebih spesial dari
pakai telor, teruntuk
Aulia Nisa Lubis;
FTSL ITB
Nadia Rima Setya; Pendidikan Bahasa Indonesia Untirta
Selviana Sofyan; Sastra Jepang UI
yang selalu mengilhami nilai kebijakan dengan cerita dan tawa hingga haru biru.
Nadia Rima Setya; Pendidikan Bahasa Indonesia Untirta
Selviana Sofyan; Sastra Jepang UI
yang selalu mengilhami nilai kebijakan dengan cerita dan tawa hingga haru biru.
Dan juga doi;
Teknik Sipil dimanapun, mungkin lebih baik di kampus gue.....mungkin sih ya
hahaha yang sudah menjungkirbalikkan masa akhir menjadi siswa!
Bismillah Allahu akbar!
RABBI ADKHILNI MUDKHALA SIDQIW WA AKHRIJNI MUKHRAJA SIDQIW WAJ’ALLI MIL LADUNKA SULTANAN NASHIRA.
RABBI ADKHILNI MUDKHALA SIDQIW WA AKHRIJNI MUKHRAJA SIDQIW WAJ’ALLI MIL LADUNKA SULTANAN NASHIRA.
RABBANA ATINA MIL LADUNKA RAHMATAW,
WA HAYYI’ LANA MIN AMRINA RASYADA.
RABBISYRAHLI SADRI, WA YASSIRLI
AMRI, WAHLUL ‘UQDATAM MIL LISANI YAFQAHU QAULI.
@amalinair
0 komentar