#Satu

11/16/2020 01:41:00 PM

 

Segelas lagi katamu masih tersisa sesap pahit di ujung bibir

Warna-warni matamu bercerita tentang suatu hari di mana asa membingkai kita

Dinding putih juga perkakas kayu,

bisu di antara dua manusia lugu


Kelak ada semburat halus terik matahari,

hangat menyentuh wajahmu yang teduh

Kemudian desir malam, semilir berlarian berjejak di tubuh

Tak’kan kita rasa lagi dingin


Sebab ada terik berganti temaram, detik mencatat kisah yang suka maupun kelam

Kata Ayahku, “segala beda tak perlu dihitung apalagi digenggam”.


Hingga pada akhirnya kau pulang untuk mengisi gelas-gelasku dengan warna-warni


Senyumku jadi gula bagi pahit di ujung bibir

You Might Also Like

0 komentar

Cari Blog Ini