Sambal Bawang Goreng

6/11/2017 02:31:00 AM

Pegawai baru itu sudah menungguku di depan pagar
Wajahnya tak pernah gusar, menyerukan namaku sambil tersenyum lebar
Padahal sudah 15 menit menungguku dengan sabar

"Bagaimana harimu?" tanyanya di setiap awal pertemuan.

Ini bukan cerita antara atasan dan si pegawai

Baru beberapa minggu Ia menjadi pegawai
Malam ini ingin merayakan bahagia dengan makan cabai, sahutnya

Sesampainya di warung cabai, "Aku akan berperan jadi pegawai kantoran yang pulang kerja dan kau mahasiswa yang beruntung bisa makan malam denganku," jelasnya berbangga.

Blah, aku menanggapi seadanya.

Jumawa mewarnai hari-harinya. Sepatutnya Ia berbangga, aku yang selalu tertinggal pun akan tetap berbahagia.

Bahagia bisa berada di sisinya.
Sisa waktu di antara kita tidak banyak.
Ujung jalan telah nampak.

Ini bukan cerita antara atasan dan si pegawai

Kelak, sang pegawai maupun si mahasiswa tak punya alasan untuk saling bertahan.

Setidaknya seperti di setiap makan malam mereka.

"Sambal bawang goreng ya, Mba," perintah pesanan sang pegawai pada pelayn.

Mereka mencoba saling bertahan pada pedas secobek cabai dan bawang, lagi dan lagi.
Tak pernah jera.

Bertahan, sama-sama meyakini kalau pedas cabai ini bukan cobaan berujung nestapa.
Menikmati setiap suap derita dengan suka.

Tak peduli perih lambung kan ditemui.
Tak ragu, hingga akhirnya siap berkabung.

Mereka mencoba bertahan pada sebait cerita, sudah setahun rupanya.

Jika pedas cabai terabai, mungkin pahit takdir 'kan terusir.

Ah, mereka mengada-ngada.

Kelak, sang pegawai maupun si mahasiswa tak punya alasan untuk saling bertahan.

Bahkan untuk secobek sambal bawang goreng, mereka telah jera.

Ini bukan cerita antara atasan dan si pegawai
  Ini cerita pahit mereka, mari sila nikmati
tentu tak lupa dengan sambal bawang gorengnya.

You Might Also Like

0 komentar

Cari Blog Ini