"Kamu di mana?"
"Aku ga kemana-mana kok"
"Kasian banget"

...
"Iya emang segitu kasiannya"

Entah aku ada di mana dalam harimu

Di manis sekotak susu pagi itu, ada kamu

Senyummu setia menungguku, di balik gerbang rumahku, seusai derit karat

Di segala tanya yang ku tak ingin jawabnya, ada kamu

Ucapmu lirih menenangkan sekaligus menyiksa

Pada denting sendok garpu dengan piringku, ada kamu
aku memulai suapan pertama
kamu masih merunduk berdoa

Di halaman keempat atau kelima tugas akhirku, ada kamu

Kamu dan penat gelisah teraduk jadi satu di cup es krimku yang terlalu cepat mencair

Di malam-malam peraduanku, ada kamu

Aku pernah mendoakan,

kamu, di sajadahku

...

Aku memang jahat si perempuan sarkas

Aku bisa memuji-muji indahnya bunga aster yang bermekaran
Tapi tidak kepadamu

Cukup banyak ada kamu di sedihku, tak kupungkiri pun di bahagiaku

Jadi jangan kau minta lebih
Cukup kau tahu di mana kamu di hari-hariku

Tapi entah aku ada di mana dalam harimu

Kelak tanahku tak lagi tanahmu
  Tak kau temui lagi hujan yang sama

Banyak musim berlalu
Di dua musim yang berlalu tak ku tunggu lagi dirimu
   Di Empat musim berlalu kau sudah tak'kan mencariku, di harimu

entah aku ada di mana dalam harimu

Tak terekam, hilang, tersimpan terlalu dalam.