Mengigau #7
4/30/2017 02:25:00 AM
"TK, SD, SMP, SMA, kuliah, kerja, menikah, mati," celetuk adikku yang kala itu masih 5 tahun, menjelaskan gambar krayon di selembar kertas padaku.
Pikirku, seorang bocah pun telah terkonsep seperti itu soal hidup.
"Amalina mah nerimo," seseorang pernah berkata begitu.
Loh, aku besar di keluarga yang tak pernah menuntut apapun. Nerimo, mereka pikir aku sudah selalu punya rencana, mereka terlalu percaya akan segala pilihanku. Rasanya berbeda ketika Adikku yang tak pernah disetujui soal pilihan sekolah atau kuliahnya sendiri.
Padahal aku selalu hilang arah. Dadakan tepatnya.
Aku pernah hidup dengan menjujung kalimat, jadilah air tenang yang menghanyutkan. Ah, nyatanya aku semakin terhanyut sendiri oleh waktu.
Mati. Tiba-tiba 4 tahun sudah hampir berlalu.
Soal karir dan cita-cita mungkin aku pernah berandai, berencana.
Tapi, aku tak pernah punya rencana soal menikah usia berapa, laki-laki seperti apa, hm.
Jika seorang anak perempuan pernah berbincang tentang perasaan saat masa pubertasnya atau bergosip tentang laki-laki terganteng di sekolah. Aku tidak.
Jika seorang anak perempuan pernah diajarkan cara menghadapi kerasnya dunia. Aku tidak.
Semuanya rasanya tersirat.
Aku masih banyak belajar (sendiri) untuk menjadi percaya diri sekaligus egois.
If you save yourself for marriage
You're a bore
If you don't save yourself for marriage
You're a whore-able person
Jengah.
Setelah ini apa?
Tanyaku, pada setiap pagi saat menyibakkan tirai jendela kamar, pada setiap malam setelah Ku padamkan lampu kamar. Halah.
Say what you think
Love who you love
'Cause you just get
So many trips 'round the sun
Yeah, you only
Only live once
Beruntung, 21 tahun hidup dadakanku masih aman-aman saja, kembali Ku dapatkan zona-zona nyaman lainnya.
Tapi pagi itu, rasanya berbeda. Bagaimana kalau segala yang dadakan itu, membuat tak aman dan nyaman orang lain, bukan aku?
You're damned if you do
And you're damned if you don't
So you might as well just do
Whatever you want
So....
"Kamu sudah dewasa sekarang, harusnya punya target?" akhirnya di 21 tahun aku diingatkan oleh Mama.
Ini bukan lagi hanya soal diriku. Ini soal orang-orang lain yang mungkin harusnya disesuaikan dengan rencanaku atau sebaliknya.
Kepada kedua orang tuaku, kepada kedua adikku dan tentu saja keluarga besarku. Aku sampai sejauh ini walau dengan rencana dadakan, tentu tidak secara tiba-tiba dadakan. Berproses.
Karena kita berencana, Tuhan berkendak.
Jangan lupa berproses.
When the straight and narrow
Gets a little too straight
Roll up a joint, I would
And follow your arrow
Wherever it points
Katanya cita-cita hadir dari rasa gelisah sampai pada bahagia.
Gelisahku mungkin terlalu egosentris. Belum sampai pada gelisah-gelisah pembawa perubahan besar.
Kemudian bahagia... Ah, bahagiaku sederhana.
Sesederhana senyum hangat dan ucapan terima kasih dari seorang klien yang hanya sekitar 30 menit berkeluh kesah, kemudian Ku timpali seadanya.
Gelisahku, mereka bahagia padahal di mataku tidak.
Tapi bukannya seperti itu hidup, harusnya bahagia akan hal-hal sederhana agar selalu bersyukur?
Karena bahagia itu relatif.
Jika tidak bisa menentukan apa yang membuatmu bahagia, mungkin membahagiakan orang terkasih akan menjadikanmu bahagia.
yeah
Follow your arrow
Wherever it points
Iya, dek. Mbaina akan memasuki tahap setelah kuliah, kerja berarti 'kan?
Ah, aku akan sedikit melenceng dari sketsa gambarmu dek :)
0 komentar