Theory 1
1/07/2012 04:11:00 PM· Alay merupakan proses perkembangan menuju manusia berwawasan.
Kenyataannya: Siapa sih yang engga pernah “Alay”? Kodok pun mungkin pernah alay—oh tidak itu lebay. Ya! Hampir semua remaja labil itu pernah mengalami fase alay, zaman alay gue ya Friendster , situs yang sekarang sudah beralih fungsi itu merupakan mbah dari macam-macam jejaring sosial. Pertama kali gue tau internet gara-gara diajak atau lebih tepatnya dijerumuskan seorang temen untuk sign up disitus itu. Okelah saat itu gue selalu mengshoutkan apa-apa yang terjadi, dengan ejaan-ejaan yang amat sangat merusak EYD ditambah dengan foto-foto yang naudzubillahhimindzalik , ngeri! Walaupun kenangan akan kealayan gua di FS sudah terkubur sirna, tapi kealayan gue yang sudah mendekati normal masih bisa ditemukan di tumpukan usang bagian bawah wah wah FB gue.
Terus apakah gue sekarang sudah berwawasan? Tentunya belum tapi seengganya sekarang gue tau penulisan EYD yang masih mendekati benar, tau pose standar dalam berfoto dan tau menghina serta merasa kalau alay itu menggelikan dan mengaku tidak pernah alay itu MUNAFIK! Untung saja kealayan gue hanya sebatas di dunia maya *hah? Untung?*
Singkatnya gini, ada seorang anak desa yang pikirannya terbuka akan modernisasi lalu dia mencoba mengikuti trend yang dianggap western dan keren. Lalu mereka mencoba dengan mencat rambut, berfoto-foto bagaikan artis yang dikerjar paparazi, memakai berbagai mode fashion dengan brand ternama luar negeri namun itu KW engga tau kw berapa, merasa trendy tampil di TV walaupun hanya menjadi penari latar untuk sebuah acara musik tertentu, ingin tau apa itu internet dan mulai menjelajahinya dengan segala tingkah pola alay mereka, dan sebagainya. Hingga suatu ketika mereka tersadar bahwa mereka adalah bagian dari spesies freak, yang selama ini bebal. Kemudian mereka kembali “meniru” berbagai orang-orang yang dijadikan panutan baru, dan masuk dalam spesies yang bisa dikatakan Anti-alay. Setelah itu mungkin mereka mampu menilai mana yang baik dan buruk untuk dirinya.
Yang gue heran adalah gimana kalau seorang Bapak atau Ibu yang sudah berumur yang mengalami gejala tersebut. Ini terjadi ketika suatu malam, gue fudul(liat diem-diem) contact BBMnya ayah gue, eh ternyata ada temennya juga bapak-bapak alay. Display namenya aja panjang banget ngeri deh! Kalau kayak gitu sih menurut gue mungkin bapak itu sedang mengalami pubertas kedua, yang kemudian kembali membuat dia labil bagaikan remaja.
Check this out!
0 komentar